MGIM-31

831 32 6
                                    

Selamat membaca🤗

Bunyi derap langkah sang pemimpin menggema di lorong markas Death Bloods, membuat orang-orang yang ada di sana sontak menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat.

Banyak pula yang berdecak kagum melihat aura yang terpancar dari pemimpin baru mereka. Cantik, sangar, tegas, dan berwibawa menguar dari wajahnya secara bersamaan. Mantan leader mereka memang pandai mencari penerus.

"Welcome Queen." Sambut Cardy yang merupakan tangan kanan Death Bloods di Itali. Kesya hanya membalas dengan seyuman tipisnya.

"I am happy to meet you Queen. Let me take you to your room." Lanjutnya tersenyum hormat.

"Okay."

~~

Sesampainya di ruangannya, Kesya memilih untuk mengistirahatkan pikirannya sejenak sebelum meyusun strategi penyerangan.

Ia duduk di sofa panjang yang ada di sana dan memejamkan matanya. Perlahan ia mulai memasuki alam bawah sadarnya yang begitu menenangkan pikiran.

Indah

Itulah kata yang bisa ia ucapkan ketika melihat tempat yang dkunjunginya. Andai di dunia nyata ada tempat seperti ini.

Pohon-pohon menjulang tinggi, bunga-bunga tumbuh dengan cantik, ditambah dengan alunan kicauan burung-burung yang terbang bebas di langit biru.

Senyumnya tak pernah pudar saat ia berjalan meyusuri jalan setapak yang akan menuntunnya pada tepian danau yang airnya sangat jernih.

Di sana ia melihat 2 pasang manusia yang perawakannya tak asing baginya sedang bersenda gurau di rerumputan. Mereka memunggunginya, karena itu ia tak bisa melihat jelas siapa mereka. Bahkan ia sempat melihat sekilas senyuman maut yang terbit di bibir laki-laki yang tengah merangkul gadis di sampingnya.

Dengan berani namun berhati-hati, Kesya berjalan mendekati mereka berdua. Dekat, semakin dekat...

Dan..

DORR!

Suara tembakan yang memekakkan telinga mebuatnya diam tak berkutik. Ia benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja ia lihat.

Gadis yang tadinya selalu tersenyum memandang laki-laki itu, kini sudah tergeletak lemah bersimbah darah. Ingin menolong tapi tubuhnya terasa kaku untuk digerakkan. Lidahnya pun terasa kelu untuk sekedar mengucapkan kata 'jangan lagi'.

Ketika laki-laki itu melihatnya, ia menguatkan hatinya dan berlari secepat mungkin untuk mencari jalan keluar dari sini. Jalan yang tadi ia lewati penuh dengan bunga-bunga dan terang akibat sinar dari sang surya, kini seketika berubah mejadi gelap gulita. Harumnya bunga berganti dengan amisnya bau darah.

Tempat apa ini? Apakah ia tersesat? Ingin rasanya ia menangis detik itu juga. Bagaimana cara keluar dari tempat mengerikan ini? Siapapun tolong! Bangunkan ia dari mimpi buruk ini.

Keringat dingin bercucuran di pelipis, badan gemetar tak karuan, napas yang memburu, dan jantung yang berdegup kencang. Seperti itulah kondisi Kesya saat ini. Ia ingin membuka matanya tapi entah mengapa sangat sulit sekali. Seperti ia ditahan di alam bawah sadarnya agar tidak pergi dari sana dan dipaksa melihat apa yang akan terjadi setelah itu.

"Sya? Hey bangunn!" Pekik Nathan cemas melihat keadaan Kesya.

Kesya masih belum sadar walau Nathan sudah menepuk pipinya berkali-kali. Nathan pun membuka botol air mineral yang ada di meja dan menyipratkannya pada wajah Kesya.

My Girlfriend Is Mafia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang