MGIM-33

732 32 0
                                    

Happy reading gaes

DOR!

"KESYAAA!"

Semua terlonjak kaget melihat Kesya yang ambruk terkena peluru beracun milik Braian menembus kulitnya. Tubuh Kesya gemetar hebat akibat menahan sakit yang menjalar di tubuhnya karena peluru itu.

Nathan pun bergegas menghampiri Kesya yang sedang merintih kesakitan. Yang lainnya diperintahkan Nathan untuk tetap bertarung dengan musuh.

"Tenang Sya gue bakal keluarin peluru ini. Please tahan sakitnya."

"T-tapi ini sa-sakit." Rintihnya sembari meneteskan air mata.

Tanpa basa-basi Nathan segera menyingkap sedikit baju Kesya untuk mengeluarkan peluru yang ada di perutnya. Inget, cuma dikit loh ya. Dengan telaten ia mengeluarkan peluru itu dan akhirnya berhasil. Lalu ia membuka bajunya untuk diikatkan pada perut Kesya supaya darah tak terlalu banyak keluar.

Ia pun menggendong Kesya menuju mobil untuk membawanya ke markas agar ditangani Dokter kepercayaan Death Bloods. Namun, baru seperempat jalan Kesya meronta-ronta agar ia diturunkan.

"Turunin gue Than, please. G-gue harus rebut permata itu." Pintanya dengan wajah penuh permohonan.

"Gak Sya! Keselamatan lo lebih penting daripada permata itu." Nathan tetap pada pendiriannya.

"Turunin gue Than! Gue u-udah gak apa-apa. Cepet!" Sarkasnya.

Mau tak mau Nathan harus menuruti kemauan Kesya. Daripada ia terus berdebat pada Kesya dan hanya membuang waktu, jadi lebih baik iyain aja biar cepet.

Kesya berjalan tertatih-tatih, dibantu oleh Nathan. Sakit rasanya, tapi Kesya tak ingin menyerah begitu saja. Ia tak boleh mengecewakan Rean, selagi ia masih bisa bertahan misi tetap berjalan.

Kesya mengeluarkan kartu identitas milik mata-mata The Devil yang masih disanderanya untuk membuka pintu besi markas ini.

Setelah terbuka, Kesya masuk ke dalam. Dan ternyata masih banyak anggota The Devil lainnya yang menantinya di sini. Nathan dan Kesya dengan sigap menembak mereka yang menghalangi jalannya. Yaa walaupun Kesya terluka, ia masih bisa melawan musuh.

Srett..

Sialnya sebuah belati yang dilempar oleh musuh berhasil menggores lengan kiri Kesya.

"Shit!" Umpatnya. Lalu dengan emosi ia membabat habis semuanya.

"Lo yakin mau lanjut ke dalam?" Jujur, Nathan khawatir dengan keadaan Kesya saat ini karena mukanya begitu pucat.

"Lo raguin gue?" Tanyanya balik dan dibalas gelengan Nathan.

Mereka pun mencari ruangan Braian. Rupanya cukup sulit untuk menemukan ruangan pria itu, letaknya lumayan jauh juga dari pintu utama membuat Kesya harus menahan rasa sakit lebih lama. Ia sendiri juga ragu, apakah ia bisa menyelesaikan misi ini?

Ingin sekali menyerah sekarang. Ah tidak! I'm fine batinnya.

Setelah beberapa lama mencari, akhirnya mereka berhasil menemukan ruangan Braian.

"Dimana sih permatanya?!" Kesal Kesya sembari mengacak isi ruangan itu.

"Lo yakin kita gak diboongin Sya?"

Kesya menghentikan aktivitasnya, benar juga apa yang dikatakan Nathan. Jika benar bagaimana? Braian sialan!

"Kita cari lagi." Titah Kesya.

Lalu Kesya melihat sebuah kotak berwarna gold yang ada di bawah meja, ia curiga dengan kotak itu. Perlahan ia membuka kotak itu dan..

DAPAT!

My Girlfriend Is Mafia (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang