sedang merindu

123 90 414
                                    

🌈Happy reading🌈

Jangan luva tinggalin jejak ya beloved
.
.
.
.
.
.
.
_________________________________________________
____________________

Tumbuh tanpa kasih sayang orang tua
Bukanlah hal yang mudah,
Diriku dipaksa untuk dewasa lebih cepat.
Yang kurasakan hanyalah sakit yang tak
Kunjung sembuh.
#Sri Rahayu

Kara memerjapkan matanya berkali-kali. Kara ternyata ketiduran karena terlalu lelah. Ia bangkit dan meraih hendphonenya. Jam menunjukan pukul 19.13. Mata Kara membulat, ia lupa jika harus mengambil laundry tetangga. Sejak beberapa hari belakangan ini Kara buka laundryan untuk menghidupi dirinya. Walaupun masih ada uang sisa hasil menjual rumahnya yang dulu ia harus tetap bekerja karena uang itu tentu saja tidak cukup. Bahkan untuk bertahan hidup beberapa minggu aja belum tentu terpenuhi ia harus mengumpulkan uang tambahan untuk biaya sekolahnya.

Kara segera ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan mengganti pakaian sekolahnya menjadi pakaian rumahan.
Setelah selesai berganti pakaian, Kara menuju kedapur yang tidak terlalu luas itu dan melihat beberapa bahan makanan. Kara lalu memasak bahan makanan yang ada dan kembali kekamar.

Kara menikmati makanan sederhana itu dengan santai sambil melihat bintang dari jendela kamarnya.
Kara melihat bintang yang paling terang dilangit.

"Ibu ... apakah ibu melihat Kara dari atas sana? Kara tidak sedang baik-baik saja bu. Kara butuh belaian ibu. Andai saja Kara bisa bertemu dengan ibu Kara pasti akan sangat bahagia bu." Kara kembali meneteskan air matanya.

"Ibu... ayah... Kara kangen. Gak ada yang sayang Kara."

"Kara merindukan semua kenangan kita dulu. Waktu itu kita masih sama-sama. Makan, melakukan aktivitas pun selalu sama. Kalau ayah lembur Kara pasti tidur bersama ibu. Kara rindu."

"Ibu denger yang Kara ucapin kan?"

Bintang dilangit seakan mendengar perkataan Kara bintang itu pun berkelap-kelip seakan menjawab pertanyaan yang dilontarkan Kara.

Dengan di temani angin sepoi-sepoi Kara berjalan menuju sebuah bangku besar yang terdapat di samping rumahnya. Rumah yang Kara tempati sekarang pekarangannya sangat luas dan asri. Di depan rumah itu kita bisa melihat ribuan bintang yang sangat indah. Bulan yang menemani menambah keindahan suasana malam disana.

Kara tidak ingin cepat masuk kedalam rumahnya. Ia lebih beta di luar melihat bintang karena Kara yakin ibunya berada di salah satu bintang itu.
Kara kembali ke dalam hanya mengambil sebuah kamera dan memotret pemandangan yang indah itu. Sesekali berpose sendiri. Hanya dengan itu Kara dapat merasakan sedikit ketenangan. Walaupun, tidak bertahan lama tapi setidaknya ia tidak terlalu merasakan kesepian.

Tidak disadari olehnya jam telah menunjukan pukul stengah dua belas malam. Kara menguap dan tertidur dibangku. Boneka berwarna birunya yang dijadikan sebagai bantal.

***

Kara mengusap wajahnya kasar, lagi-lagi ia terlambat bangun. Ia melirik kesana kemari seperti ada yang beda dengan biasanya. Kara merasa aneh tapi Kara tidak terlalu memperhatikan keadaan saat itu karena segera bersiap-siap kesekolah. Dengan sekuat tenaga Kara berlari agar ia tidak terlalu telat kesekolah.

Di jalan raya Kara tidak terlalu fokus ia hanya terus berlari sehingga tak menyadari ada sebuah mobil yang akan menabraknya.

Bunyi klakson dan teriakan orang-orang yang mengingatkan Kara agar hati-hati tidak terlalu digubrisnya. Mobil yang akan menabrak Kara melaju begitu cepat. Kara yang tiba-tiba berada di depan mobil itu tidak dapat menghindar.

STORY KARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang