Cemburunya Anggasta

32 20 65
                                    

.
.
.
.
.
.

_________________________________________________

Hai, kamu masih ingat aku kan?
Iya aku yang tidak pernah bisa lupa sama kamu.
Oh iya makasih udah berjanji namun akhirnya
Kamu mengingkari
#Sri Rahayu

Tak terasa malam pun tiba. Kara melambaikan tangannya kepada Nalendra yang hendak melajukan mobilnya menjauh dari pekarangan rumah Kara. Kara melihat rumah tampak gelap. Ia segera masuk dan melihat tidak ada siapa-siapa. Shally kemana, pikirnya.

Anggasta? Anggasta lagi terbaring sakit di kamarnya. Kara berada di puncak kepanikan yang luar baisa.
"Astaga Anggasta kamu kenapa?"
"Kamu kemana aja? Kamu lupa sama janji kamu?"

"Maaf aku tadi pergi -."
"Sama Nalendra, iya aku tahu kok."

"Anggasta kamu sudah makan? Aku ambilin makan ya."
"Gak perlu kamu peduliin aku. Kamu pergi dari pagi sampai pulang malam? Kamu sampai gak bilang sama aku kalau kamu mau pergi jalan sama Nalendra."

"Aku lupa."

"Kamu lupa karena kamu pergi bersenang-senang sama Nalendra. Aku kan udah peringatin Kar, kamu gak usah lagi terlalu deket sama Nalendra."

"Kenapa? Kamu gak ada hak buat atur aku mau dekat sama siapa."

"Aku larang kamu karena Nalendra itu gak baik Kara."

"Cukup mojokin Nalendra di depan aku Anggasta. Aku lebih dulu kenal sama Nalendra dibanding kamu."

Keduanya terdiam. Sampai setengah jam mereka masih aja diam-diaman. Anggasta berdiri dari tempatnya dan mengambil jaketnya yang tergantung di belakang pintu kamar.

"Kamu mau kemana? Kamu itu lagi sakit gak boleh pergi. Ini udah malam Anggasta."
"Kamu aja pulang malam gak masalah kan?"

"Anggasta kamu keras kepala. Kamu sakit ngapain kamu pergi?"

"Apa penting buat kamu tahu? Aku kan bukan siapa-siapa kamu kan? Aku cuma -." Tanpa melanjutkan kata-katanya Anggasta pergi dari rumah Kara lewat jendela kamarnya karena Kara mengunci pintu kamar supaya Anggasta tidak bisa keluar.

Kara melihat Anggasta menjauh. "Maafin aku." Kara menangis, ia sangat bersalah apalagi keadaan Anggasta sekarang lagi tidak baik-baik saja. Kara memutuskan tidur di kamar Anggasta dan membiarkan dirinya ditemani malam dengan dingin yang menembus sampai tulang-tulang.

***

"Tadi tuh gue sebel banget deh sama anak baru yang songong gitu. Dia yang salah eh malah nyalahin gue. Apalagi dia juga masih adek kelas tapi kelakuannya huh ingin gue penyek-penyek deh tuh. Pengen gelud gue sama dia tapi tadi ada ibu Bk gak jadi kan gue kasi pelajaran sama dia." Aurora sudah sangat emosi dengan menggerakan tangannya seolah memukul lawannya.

Tiba-tiba iya terdiam dan menepuk jidatnya, "ya, Alloh, Kara loe udah nyelesaiin pr matematika gak? Gue juga mau liat dong mhehe soalnya masih ada tiga nomor yang belum nih. Soalnya pada susah."

"Ini gimana sih Kar? Kan kalau ini tuh jawabannya ada dibagian d katanya kalau udah dapat hasilnya dari perkalian angka bilangan itu terus dibagi lagi. Nah kalau ini di bagi dulu atau kali dulu sih?" Aurora sudah sangat antusias dengan pertanyaannya.

Kara masih setia dengan tatapan kosongnya. "Kara."

"Eh kenapa? Ada apa Ra?"

"Ya ampun KARA! Jadi sedari tadi tuh loe gak dengerin omongan gue? Omg hello demi apaaaaa."

STORY KARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang