Mendadak seleb

21 12 25
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.

_________________________________________________
_

____________

Pagi harinya Kara tengah siap seperti biasanya. Namun, kali ini sedikit berbeda. Ia merogoh hendphonenya dan air mukanya mengisyaratkan bahwa ia sedang kebingungan.

Drtt ...

Drtt ...

Drtt ...

Hendphonenya kembali bergetar entah sudah berapa kali. Kara melihat room chatnya. Biasanya ia selalu kosong palingan juga kalau pagi hanya chat dari Aurora ataupun beberapa siswa yang nenanyakan tugas kelompok kepada Kara. Kali ini bisa dilihat chat di aplikasi WhatsApp-nya mencapai 400 lebih.

"Ini pada kenapa sih? Kesambet ya?"

Anggasta yang berdiri di belakang Kara menyipitkan mata dan memanyunkan bibirnya.

"Cie ... pesan dari siapa?"

"Ga! Ih kamu ngagetin aku tau gak. Eh tapi Ga Anak-anak kenapa ya? Kok mereka pada chat aku."

Anggasta mengedikkan bahunya.
"Emang mereka bilang apa? Mereka ngusilin kamu lagi?"

"Gak. Bahkan mereka nanyain kabar aku, dan malah ada yang nawarin tumpangan."
Kara menyodorkan hendphone itu ke arah Anggasta agar ia mudah melihat isi chatnya.

WhatsApp

085186432***
Hai kar, loe mau gak ke sekolah bareng? Lagian gue sendiri nih.

Dimas
Hai, pagi Kara.
Kamu mau ke sekolah kan? Bareng aku yuk.

Leonard
Morning, Kar.
Loe kenal gue kan? Berangkat bareng kuy

082170244***
Assalamualaikum, selamat pagi
Oo iya, jangan lupa sv nomor aku ya, Diki

Dan masih banyak chat yang masuk. Dan beberapa dari mereka tidak Kara sv nomornya.
Entah darimana mereka mendapat nomor Kara. Padahal Kara sangat privasiin nomernya.

Ekspresi Anggasta yang tadi menunjukkan bahwa ia cemburu kini air mukanya kembali datar.
"Kenapa gak dibales?"
"Gak ah males."

"Bales aja. Kasihan lo mereka nungguin."
"Kamu kenapa sih?"

"Gak apa-apa cuma gak enak kan chat cuma di read."
"Cuma beberapa kok yang aku read. Selebihnya aku langsung hapus."

"Kenapa gitu?"
"Males nanggapin orang yang sok akrab gitu. Ya apaya kesannya aneh aja tiba-tiba chat, tiba-tiba ngajakin bareng. Aku gak suka sama orang seperti itu. Kamu ngerti gak Anggasta?"

"Iya-iya ngerti tuan putri. Terus ke sekolah mau naik apa? Gak bareng Aurora atau ... ."

Seketika ia tahu siapa yang Anggasta maksud pikiran Kara tertuju pada Nata dan Nalendra.
"Aku maunya berangkat sama kamu. Naik sepeda ayo."
Seketika ia menyunggingkan senyum dari bibir merah dan ranumnya itu.

"Tunggu kayaknya cuaca agak mendung."
"Cari apa sih Anggasta?"
"Kamu pakai hoodie ini ya. Nanti kamu kedinginan."

"Kamu lebay deh kan emang biasanya kita berangkat pagi seperti ini juga naik sepeda kok."

"Ya gak apa-apa aku cuma niat jagain kamu. Yaudah ayo beb."

"Bab, beb, bab, beb bebek hahaha. Udah ah ayo."

STORY KARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang