Sudah sadar

11 8 12
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.

________________________________________________
___________

Satu minggu kemudian ....

Kara memerjapkan matanya beberapa kali, kepalanya terasa sangat berat. Ia memegang kepalanya yang terasa mau pecah.

"Akhh ... sakit."

Kara melihat sekeliling, ternyata di rumah sakit. Kara berusaha menahan rasa pusing di kepalanya. Ia meraih boneka yang tepat berada di sampingnya. Boneka biru kesayangannya.

"Lah kok boneka ini bisa di sini? Siapa yang bawa? Huff pasti Anggasta nih." Kara memeluk boneka itu erat.

"Eh kok ini ada kalung? Kalung siapa? Tapi kok- ini kan kalung Anggasta. Anggasta kenapa lepas kalungnya. Perasaan selama Anggasta hadir dia gak pernah lepas kalungnya deh. Apa mungkin ini cuma mirip sama kalungnya?"

Kara melihat ada bayangan di balik pintu. Ia pura-pura tidur. Ternyata yang masuk adalah teman-temannya.

"Kara loe kapang bangunnya sih? Gue kangen."
"Iya nih Ra, gue juga kangen."

"Kalian berdua jangan berisik."

"Kenapa? Orang lagi rindu juga."

"Tapi suaranya gak usah di besar-besarin kayak toa."
"Hoam ... ." Kara pura-pura baru terbangun.

"Kara ihh loe udah bangun ... alhamdulillah akhirnya. Gue seneng bangetttt."
"Iya sama Shally juga kangen sama Kara."
Mereka memeluk Kara.

"Syukurlah Kar, loe udah sadar dek." Ucap kak Ezra
"Iya emang selama itu ya aku gak sadarkan diri?"

"Iya udah seminggu Kar. Loe tuh bikin kita semua khawatir," Aurora memanyungkan bibirnya gemes.

"Oh iya Anggasta, Nata, sama kak Andi gak dateng?"

"Kak Andi dateng kok. Tapi dia lagi markirin mobilnya. Sekalian ke kantin beli makan. Kalau Nata kemarin dia pamit pulang dulu. Dia juga ngabarin tadi dia gak bisa jenguk loe hari ini. Ada urusan katanya."

Jawaban yang ditunggu Kara. Tak kunjung di jawab. Kara kembali mengulang pertanyaannya.

"Anggasta mana? Dia lagi pergi ya? Atau ke toilet?"
Temen-temennya diam. "Kok kalian diam?"

"Anggasta ... hmm," Aurora tidak tahu harus menjawab apa. Ia menyenggol pelan Shally.
Shally yang di senggol pun hanya diam. Ku hanya diam menggenggam menahan segala kerinduan, eh malah nyanyi.

"Kata Nata, Anggasta pergi Kar. Kita gak tahu Anggasta kemana. Nata juga kalau kita tanya dia gak mau jawab," terang Erza.

motivasi penuh makna bisa menambah semangat dalam menjalani kehidupan. Dalam menjalani proses kehidupan, ada masanya di mana manusia mengalami ritme yang tak menentu seperti yang dirasakan Kara saat ini.

Selama menjalani proses kehidupan, tak selamanya merasakan kebahagiaan. Ada kalanya seseorang menemui hambatan yang membuat terpuruk hingga berhenti melangkah, terutama saat menghadapi masalah berat.

Kara menghapus air matanya yang seketika luruh. Ia meraih kalung yang bertengger di bobeka warna biru kesayangannya. Boneka yang udah tampak kumuh karena boneka itu sudah sangat lama. Bahkan saat Kara masih kecil.
Kara memandang kalung itu tanpa berkedip. Ia yakin itu kalung Anggasta. Anggasta sudah berkorban banyak untuk dirinya dan keselamatannya. Dan-.

STORY KARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang