hiburan di Pantai

24 23 103
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.

_________________________________________________________

Teruslah berjalan dan biarkan kerikil-kerikil kecil
itu yang akan menjadi saksi betapa besar perjuangan mu.
#Sri Rahayu

Pagi yang cerah dan suasana hati yang tenang. Hari ini libur, tanggal merah.

Kara, Anggasta, Aurora, Andi, kak Erza tak melupakan Shally dan Nata de coco.

Ketujuh manusia itu tengah berada di pantai. Entah ada angin apa mereka sekarang nampak akrab. Entahlah, tapi bagus kalau mereka sekarang berteman.

"Shall, loe ngapain sih ngumpulin kita disini? Tapi btw asik juga sih hari libur kita sesekali kepantai buat netralin pikiran. Kalau sekolah gue pusing dengan rumus-rumus yang bikin otak mau pecah," cerocos Aurora.

Andi yang diam-diam memperhatikan Aurora tersenyum. Kakak Aurora sekaligus orang yang paling tua dari mereka turut senang melihat Aurora mendapat teman seperti mereka.

"Ternyata gabung bersama mereka tidak mengecewakan dan juga menyenangkan," batinnya.

Shally berdiri dari duduknya, "seperti yang gue bilang kemarin, gue mau minta maaf kepada kalian semua terutama Kara. Gue udah ngaku kepada Kak Andi kalau gue yang telah berpura-pura menjadi Kara."

Mereka tidak kaget, karena mereka sudah menebak dari awal. Namun, mereka memaklumi.
"Kamu kan udah minta maaf kemarin Shall."

"Iya gue tahu tapi kali ini gue mau kalian semua jadi saksi kalau gue udah berubah. Gue mau jadi sahabat kalian. Itupun kalau kalian gak keberatan."

"Justru kami senang kamu udah mau memperbaiki semuanya Shall. Aku pribadi gak pernah marah kok sama kamu. Seperti yang aku bilang aku udah anggap kamu adek aku sendiri."

"Huaa ... Kara dewasa baget sih," Aurora memeluk sahabatnya itu.

"Ia Shall gue dan ... sudah memaafkan loe juga. Kami juga gak mau ikut campur terlalu jauh masa lalu kalian. Yang penting sekarang tuh kita fokus sama masa depan kita."

"Makasih kalian semua baik sama Shally. Shall janji gak akan berulah lagi. Bolehkan kalau aku jabat tangan kamu Kar?"

Tanpa aba-aba Kara langsung memeluk erat tubuh Shally. Aurora juga mendekat dan mendapat pelukan kasih sayang dari mereka. Keempat laki-laki yang melihat itu turut senang. Kak ... merangkul sahabatnya dan calon adek iparnya.

Nata dan Anggasta juga saling berpeluka. Namun, seketika mereka sadar mereka malah saling menatap jijik.

"Ngapai loe peluk-peluk gue?"
"Siapa yang peluk loe sih? Loe aja yang main nyambar aja."

"Jangan-jangan loe naksirnya sama laki-laki? Loe homo?"
"Mulut loe jaga ya!"

"Udah Anggasta, Nata! STOPP!"

Mereka bungkam.
"Udah kak Andi katanya punya sesuatu untuk kalian."

"Apaan tuh kak?"
Andi mengeluarkan kunci dari saku celananya.
"Nih kunci villa orang tua kakak. Kalian boleh nginep di sana kapanpun. Sampai akhir pekan juga boleh kan kalian masih libur. Lagian villa itu adalah villa yang paling deket dengan pantai. Jadi, kalian gak perlu repot-repot jalan bolak-balik jauh-jauh."

"Kalian juga bisa menggunakan fasilitas yang ada di villa itu. Ada mobil khusus yang disediakan disana kok. Jadi mobil Kak ... sama mobil Nata masukin aja di garasi."

STORY KARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang