hiburan semata

49 33 130
                                    

Minal aidin wal faidzin mohon maaf
lahir dan batin 🙏
.
.
.
.
.
.
_________________________________________________

Teman kelas Shally terpingkal pingkal melihat kelakuan wanita yang dikenal cuek, ratu buly, dan berwibawa itu. Sebagian dari mereka ada juga yang ikut berjoget dan menyalakan musik. Kedua sahabat Shally juga ikut tertawa melihat kekonyolan sahabat sekaligus bosnya.

Rahmi menarik Shally agar menghentikan tingkah memalukannya. Tetapi, ditepis kasar oleh Shally. Lili ikut berjoget juga membuat Rahmi menepuk jidatnya.

"Seru banget, aku video in deh supaya Aurora bisa tahu. Pasti dia kaget."
Anggasta mendengar itu hanya tersenyum.

Setelah selesai memvideo, Kara meminta Anggasta menyudahi permainannya. Dengan nurut Anggasta mengehentikan sihir yang mengikat Shally. Semua kembali tenang dan kembali ke kelas masing-masing. Takut jika guru-guru melihat kehebohan yang terjadi. Ralat, hampir semua guru sudah mengetahui hal itu. Kara memijit pelipisnya.

Benar saja saat Kara sedang berada di rooftop bersama Anggasta. Ada penyampaian untuk Shally dan memintanya menghadap ke kantor.
Shally yang tak tahu menahu berjalan dengan tenang menuju ruang kantor.
Banyak siswa yang memerhatikan Shally. Shally melayangkan tatapan aneh.

Shally bertanya kepada para siswa yang dilaluinya," Ada apa sih?"

"Emang loe gak tahu?"

"Apaan?"
Yang ditanya hanya mengangkat bahu arti tak tahu.

Shally sampai di kantor dan menuju ruangan kepsek. Disana sudah terdapat ibu Ruby dan kepala sekolah. Dengan ragu, Shally bertanya mengapa ia di panggil ke ruang kepsek.

"Shally kamu tahu kesalahan kamu apa?" Tanyanya langsung ke intinya.

Shally menggeleng, "saya tidak tahu kenapa ibu memanggil saya. Saya kira saya tidak melakukan kesalahan apapun," belanya.

"Ibu Sastra kasi tahu apa kesalahan dia."

Ibu Sastra mengambil handphone dan memutar video. Dalam video terlihat Shally yang sedang berjoget dan bernyanyi. Tidak hanya itu di situ terlihat jelas bahwa ia sedang memukul Kara.

Shally kaget bukan kepalang, bagaimana bisa ada yang rekam kelakuannya. Dan anehnya mengapa dirinya bisa terekam dalam video itu sedang berjoget.
"Kamu benar-benar sudah melampaui batas. Pertama kamu mempermalukan sekolah dan guru-guru, kamu itu siswi terpandang mengapa bisa kamu melakukan hal sekeji itu. Kamu juga sudah mempermalukan diri kamu, dengan bangganya kamu malah joget-jogetan di tengah lapangan."

"Tapi Bu ini salah paham. Iya saya mengaku saya telah memukul Kara. Tapi, di dalam rekaman selanjutnya itu bukan saya Bu. Saya tidak joget seperti dalam video itu."

"Jadi maksud kamu ini editan? Kamu pikir ibu bisa kamu bodohi? Ibu sangat menyanjung kamu karena kamu merupakan murid yang berprestasi. Orang tua kamu juga sudah banyak membantu sekolah ini."

Shally tidak bisa berkata apa-apa. Ia tidak bisa mengelak jika dalam video itu jelas dirinya. Tapi bagaimana bisa ia melakukan hal sebodoh itu berjoget di tengah lapangan dan menyanyi seperti orang kesurupan.

"Pak kepala sekolah ingin menyampaikan sesuatu kepada kamu."

Ibu Ruby mempersilahkan bapak kepala sekolah berbicara empat mata kepada Shally.
Setelah ibu Sastra dan ibu Ruby keluar pak kepala sekolah mullai mengajak Shally berbicara.

"Shally kamu sudah banyak melakukan kesalahan. Om sudah banyak memaklumi setiap kesalahan yang kamu perbuat. Om juga sudah memalsukan beberapa nilai kamu. Tapi kali ini kamu sudah sangat membuat kekacauan. Apakah kesalahan mu di masa lalu tidak cukup menyadarkan kamu?"

Deg....

Mata Shally susah berair. Gak ini bukan kesalahannya.
"Tapi di video itu bukan aku om."

"Shally kamu jangan ngaco. Apakah yang buat kamu jadi begini. Apakah dendam kamu kepada Kara belum selesai? Kamu lihat penderitaan yang Kara alami setelah kedua orang tuanya meninggal.
Dengan berat hati om akan memberikan kesempatan kepada Kara untuk mengikuti olimpiade ini. Dan kamu untuk sementara di skorsing. Om akan bicarakan ini pada ibumu."

Shally bukannya mengerti, ia malah semakin dendam kepada Kara.
"Apa-apa Kara, apa-apa Kara. Kara, Kara, Kara. Kenapa sih dari dulu Kara selalu dapat perhatian lebih dari semua orang. Keadaan Kara seperti itu aja masih di perhatiin."

Shally berdiri dan keluar dari ruangan kepsek. "Awas aja loe Kara. Gw akan beri loe perhitungan."

***

Shally meringkus di sudut rumahnya. Ia dipulangkan karena kena skors. Dirinya merasa tak berguna. Ia selalu di Banding-bandingkan dengan Kara. Dari kecil ia merasa semua yang dikenalnya lebih memilih Kara.

Kamar Shally sekarang sudah seperti kapal pecah. "Kenapa sih, nasib gw gini. Bahkan kedua orang tua gw gak peduli sama gw. Apa bedanya gw sama Kara yang orang tuanya sudah meninggal. Gw benci-benci. Kenapa dari kecil yang di banggakan selalu Kara. Gw kapang. Sekarang penampilan gw udah berubah, gw udah cantik dan nama gw bukan Minah lagi tapi Shally. Kenapa mereka tetep perhatiin Kara," ungkapnya.

"Masa lalu gw udah gw buang jauh-jauh. Seharusnya sekarang yang di banggakan itu gw. Kenapa yang disayang cuma Kara. Kara memang sahabat gw tapi itu dulu sebelum dia rebut Maikel dari Gw."

Di sisi lain Anggasta melihat apa yang Shally lakukan. Ia telah mendengar semuanya. Anggasta memang sudah tahu mengapa Shally benci kepada Kara. Tapi, Anggasta belum tahu apa rencananya selanjutnya.

Anggasta menemui dua orang teman-temannya. "Aku mau kalian awasi perempuan itu. Kasi tahu aku setiap gerak-gerik mencurigakannya."

"Baik." Jawab mereka serempak.

"Ingat jangan sampai ada yang tahu. Jangan sesekali kalian tampakan wujud asli kalian."

"Kami mengerti. Tapi Dewa memberi pesan. 'Berjanjilah agar tak melanggar aturan. Ingat tujuanmu. Jangan sampai kamu terlena. Jika kamu melanggar aturan kita, hanya ada dua kemungkinan yaitu kembali atau tetap berada disana' Dewa sangat mengkhawatirkan itu, jika sampai itu terjadi, bahkan nyawanya juga berada dalam bahaya."

"Aku tidak akan melanggar aturan dari Dewa. Jika itu sampai terjadi aku siap jika harus mati."

"Kami percaya jaga diri baik-baik, kami akan melakukan tugas kami dengan baik."

Setelah cukup lama berkomunikasi, mereka memutuskan untuk pergi.

Anggasta mengerti apa maksud dari pesan itu untuknya. Sekarang memang belum, tapi Anggasta tidak yakin.


Ketika kita memilih hidup dengan topeng, dan orang-orang menyukainya. Maka sesungguhnya itu masalah kita. Tapi ketika kita tampil adanya, dan orang-orang ternyata tidak suka,
bahkan membenci. Maka
sesungguhnya itu masalah mereka.
#Seleta Kara Adelina.

TBC
####

_________________________________________________

Follow Ig author ya
@putrilibra_010

Tinggalkan jejak ya ayang-ayang❤️

STORY KARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang