ketakutan Kara

38 26 113
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.

________________________________________________

Jangan pergi tanpa pamit. Itu akan membuat setiap kenangan indah menjadi luka
#Sri Rahayu

"Jangan ...," lirihnya.

"Aku mohon jangan pergi, Ga! Aku gak mau kehilangan kamu. Ga, aku mohon! Anggastaa jangan ... jangan ... aku gak mau kehilangan orang yang ku sayang. Aku cinta sama kamu!"

Perlahan tubuh Anggasta menghilang, lalu menjadi seperti abu bercahaya dan terbang di tiup angin. Kara menangis histeris. Ia menjambak rambutnya sendiri. Kara tidak ingin kehilangan lagi, tidak! sudah cukup sampai disini.

Tak lama Kara melihat Nata berdiri beberapa meter didepannya. Kara hendak berlari, ia ingin menjatuhkan dirinya dipeluka Nata, tapi secara bersamaan, tubuh Nata juga menghilang sama persis dengan yang dialami Anggasta.
"Nata ... kenapa kamu juga pergi. Kalian kenapa tinggalin Kara?" Kara menangis tersedu-sedu. Ia telah kehilangan Anggasta dan ia juga kehilangan Nata. Dari kejauhan Nalendra berdiri dan tersenyum seram dengan kertas merah ditangannya.

Nalendra mendekat dan menunjukan kertas merah itu kepada Kara.

"Permainan sudah selesai. Semua harus kembali, dengan janji mereka sendiri."

"Sekarang kamu yang harus ikut dengan ku. Hahaha!"

"Apa maksud dari semua ini? Tidaaaak-."

"Huu hanya mimpi? Aku beneran cuma mimpikan? Mengapa Nata dan Nalendra juga ada dalam mimpi aku? Apa mereka juga terllibat masalah ini?"

Kara merasa pusing, ia melihat air di gelasnya sudah habis. Ia berjalan ke dapur dan mengambil segelas air. Ia segera duduk di meja makan dengan rasa ketakutan.

"Janji? Apa maksud dari kertas itu? Kenapa Nalendra yang memegang kertas itu?"

Kara melihat jam dinding rumahnya 02.00. Ia kembali kekamarnya dan menutup pintu rapat-rapat. Kara merasa akhir-akhir ini dirinya selalu bermimpi yang aneh-aneh.

Sampai pagi Kara tidak bisa tidur, ia takut memejamkan mata. Keesokan harinya, ia pun segera bangkit dan seperti biasa mandi, berganti pakaian, dan sarapan. Kara tidak melihat Anggasta keluar dari kamarnya.

"Tumben tuh anak gak ikut sarapan, biasanya kan jam segini udah siap ikut kesekolah."

Kara segera menghabiskan makanannya dan memanggil Anggasta. "Ga, kamu gak ikut ke sekolah? Aku duluan ya, takut telat. Ga, ko gak nyahut," Kara mengintip di lubang kunci kamar Anggasta. Kara tidak menemukan siapa-siapa.

"Ga, aku masuk ya."

"Lah, kok orangnya gak ada. Apa semalam gak tidur di rumah? Dia kan udah gak marah sama aku. Jangan-jangan udah ke sekolah duluan? Ah gak mungkin Anggasta ke sekolah gak bareng aku."

Pip pip

Suara klakson mobil terdengar sangat nyaring. Kara melihat mobil mewah berwarna putih tengah terparkir di depan rumahnya. Perlahan kaca mobil itu terbuka.

"Kar, ayo buruan!"

"Suara itu-."

"Kar, cepetan!" Aurora melambaikan tangan.

STORY KARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang