hadiah untuk Anggasta

33 25 114
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
_________________________________________________
_________

Mencintai bukanlah apa-apa. Dicintai adalah sesuatu. Mencintai dan dicintai berarti segalanya. Tetapi, jalur cinta sejati takan pernah mulus. Akan banyak cobaan di dalamnya.
#Sri Rahayu

Hari itu Kara menunjungi sebuah panti asuhan. Dulu waktu orang tua Kara masih hidup, Kara sering di ajak kepanti asuhan. Bahkan setiap libur pekan mereka selalu berkunjung kesana.
Kara sudah membelikan beberapa mainan buat para anak-anak disana. Bukan hanya mainan buku cerita dan buku pelajaran pun Kara belikan untuk mereka. Kara juga sudah memesan makanan buat para penghuni panti Mutiara Kasih.
Kara berkunjung kesana selain untuk melihat anak-anak ia juga ingin belajar dari mereka bagaimana mereka menghadapi hidup tanpa kedua orangtua. Kara perlu banyak belajar agar dan motivasi untuk menjalani hidup tanpa mengeluh lagi.

"Ga sebelum kita pergi aku punya sesuatu untuk kamu."
"Apa?" Anggasta memicingkan matanya seakan menyelidik apa hadiah dari Kara.

"Ikut aku."
"Kemana sih, jangan tarik-tarik dong Seleta Kara Adelina."

"Udah ikut aja Giovani Praha Anggasta. Kamu tutup mata kamu dulu ya. Ntar aku bantu tunjukin jalannya."
"Mau kemana sih Kara. Jangan bilang kamu mau ngerjain aku ya."

"Shutt ... diam aja. Pelan-pelan ada tangga. Nah sampai sekarang aku buka pengikatnya ya. Pelan-pelan buka mata kamu. Suprise."

"Ini ... ini motor buat aku?"
"Iya kan kamu gak mungkin gunain kekuatan kamu terus buat pergi-pergi jauh."

"Kan bisa naik sepeda kamu."
"Gak sepeda aku gak boleh capek-capek lagi. Aku mau jaga sepeda itu baik-baik. Aku cuma mau pake sepeda itu kalau weekend. Jadi kalau mau pergi-pergi pake motor. Kamu suka gak Ga? Sesuai gak dengan warna kesukaan kamu?"

"Iya suka Ra. Warnanya juga oke. Yaudah kita berangkat sekarang yuk. Aku mau pake motor ini, hehe."

"Syukurlah kalau kamu suka. Tapi aku beli motor ini bukan pake uang almarhum ayah tapi hasil jual rumah yang sebelumnya."

Diperjalana Anggasta mengendarai motor itu dengan mengebut. Kara menjadi risih dengan suara kebisingan akibat motor itu. Anggasta juga dibilangin pelan-pelan malah makin ngebut. Emang dasar tuh Anggasta. Mentang-mentang pake motor sekarang.

"Anggasta hati-hati tuh ada mobil. Hampir aja kan kita di tabrak. Kamu sih bawa motornya gitu amat."

"Hehe kan motor baru Ra. Jadi harus gitu kamu juga dari tadi ngoceh mulu. Kamu pegangan aja yang erat ya."

Kara memeluk Anggasta dari belakang. Yaialah dari belakang, kan Kara yang di bonceng. Aanggasta menambah laju motornya membuat Kara menggeratkan pelukannya.

Kara merasa kehidupannya yang sekarang jauh lebih baik. Tak perlu waktu lama, mereka sudah sampai di depan panti asuhan Mutiara Kasih. "Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam, iya maaf kakak cari siapa ya?"

"Pengurus pantinya ada? Saya Kara dan ini Anggasta. Kalau boleh saya ingin bertemu dengan pengurus panti disini."

"Tunggu ya kak aku panggil bunda dulu. Kakak duduk aja dulu di sini."

"Kara, kamu yakin ini panti asuhan yang sering kamu kunjungin dulu?"
"Yakin Ga. Tapi kalau misalnya salah juga gak masalah. Kan niat kita cuma mau kasih mereka ini."

"Eh Assalamualaikum," ucap kedua pengurus panti.
"Wa'alaikumussalam. Ibu Lilis kan? Dan ibu Ranti."

"Iya betul."
"Berarti gak salah Ga."

STORY KARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang