Mobil Asahi berhenti didepan salah satu stationery store. Saat perjalanan pulang, Junghwan mendapat kabar mendadak bahwa besok diharuskan membawa peralatan prakarya untuk mata pelajaran seni budaya.
"Wawan gak akan lama ko kak," ucap Junghwan sembari keluar dari mobil dan berlari kecil menuju toko.
Sesuai permintaan orang tuanya, Asahi mengantar Ryujin dan Junghwan pulang, sedangakan mobil Ryujin ditinggal di rumah Asahi. Malam ini Asahi mengantar dengan mobilnya yang lain, karena mobil sport miliknya hanya untuk dua orang saja.
Suasana didalam mobil hening, lima menit berlalu masih tidak ada percakapaan apa-apa diantara Asahi dan Ryujin. Ryujin duduk dikursi samping Asahi, suasananya canggung.
"Gue minta maaf," ucap Asahi, walau bagaimanapun sepertinya salahnya karena telah mengagetkan Ryujin saat di taman tadi.
"Eh?"
"Kalau luka lo tambah parah lebih baik besok ke dokter aja."
Ryujin terdiam, tiba-tiba jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Ryujin merasakan sensasi aneh mendapatkan perhatian dari Asahi, walaupun Ryujin sadar kalau perhatian itu karena insiden tadi bukan karena alasan lain.
Dingin AC mobil serasa bertambah makin dingin. Suhu badan Ryujin akan lebih dingin apabila ia sedang gugup. Ia juga bingung pada Asahi, bukannya laki-laki ini membencinya? bahkan Ryujin tidak menyangka kalau seorang Asahi yang ia baru kenal itu rela menolong dan mengucapkan permintaan maaf pada orang yang ia benci.
"Lo ada kuliah besok?"
"Ada."
"Jam berapa?"
"Setengah dua."
"Mau gue jemput?"
DEG - Ryujin terkena serangan dua kali.
"Gak. hmm gak usah."
"Gue ada kuliah juga besok."
"Eh?"
"Biar gue jemput."
"Gapapa sa, nanti bisa dianter kak Jihoon atau bareng temen gue."
Ryujin berusaha mencari alasan agar besok Asahi tidak usah menjemputnya. Ia tidak mau mendapatkan serangan tambahan lagi, cukup selesai sampai malam ini saja.
"Gak bisa nolak."
"Eh?" Asahi tidak membalas ucapan Ryujin.
Tak lama Junghwan sudah masuk ke dalam mobil dan Asahi mulai menyalakan mobil dan meninggalkan toko tersebut. Sedangkan Ryujin terdiam dengan berpuluh-puluh tanda tanya diotakknya.
.
.
.
Di ruangan kamar apartmen dengan didominasi oleh warna pastel, Soojin sedang merebahkan badannya dikasur sembari menekan tombol panggilan diponselnya.
Tuut tuut tuut
Tidak ada jawaban dari panggilan tersebut. Soojin mencoba untuk mengubungi kembali. Namun sayang, setelah tiga kali percobaanpun tetap tidak ada yang mengangkat panggilannya.
Dengan segera gadis itu mengirimkan pesan text pada orang yang ditelpon barusan.
Asahi
"Sa lo gapapa? tumben ditelpon gak angkat? tidur?"
"Besok ke kampus bareng ya, gue tunggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ROSE - Asahi Ryujin
Fiksi Penggemar[COMPLETED] ✓ "Perihal takdir, cinta, luka dan melepaskan" "Cintaku seperti mawar merah, sekarang memang terlihat indah tapi duriku yang tajam akan melukaimu. Cintaku seperti mawar merah, benar. Aromanya begitu harum tapi semakin kau dekati, semakin...