46

589 115 1
                                    

Terdapat beberapa unsur sensitif dalam chapter ini, mohon untuk bijak dalam menanggapinya. Semua adegan tidak untuk ditiru, makasih :)

***

"Gue kakak lo Ryujin, kakak tiri lo." 

Ryujin seperti disambar petir saat mendengar pernyataan Renjun barusan, mengapa Renjun mengucapkan omong kosong seperti itu? 

"Enggak, gue gak percaya." 

"Oh lo gak percaya, oke tunggu sebentar." 

Renjun berjalan ke arah rak lemari tak jauh dari pintu dan mengambil sesuatu dari sana. 

"Ini, liat siapa yang ada di foto itu."

"Bunda?" 

"Iya bunda tersayang elo, bunda gue juga." 

"Gue tetep gak percaya sama omong kosong kak Renjun, bisa aja itu editan. Anak bunda cuma tiga, Jihoon Junghwan dan gue." 

Prok prok prok - Renjun bertepuk tangan sembari terkekeh. 

"Selamat kalian udah dibohongi, bisa-bisanya dia gak ngasih tau sama anak-anaknya sendiri?" 

"Sebenarnya apa tujuan kakak lakuin ini?" 

"Ah gak sabaran banget sih, dengerin dulu cerita gue. Jadi, waktu itu lo nerima foto tentang kebun teh kan? sekarang gue tanya, dari mana nyokap lo berasal? Bogor kan?"

"Nyokap lo udah nikah sama bokap gue sebelum sama bokap lo. Waktu itu mereka kecelakaan padahal nyokap lo lagi ngandung gue, dia selamat sedangkan bokap gue enggak. Setelah dia lahirin gue, dia ninggalin gue gitu aja."

"Lo tau rasanya hidup tanpa orang tua? semenjak lahir gue udah tanpa mereka, saat sekolah gue selalu di bully karena gak punya orang tua. Lo tau rasanya itu hah? sakit!" 

Mendengar itu sontak Ryujin terkejut, tapi ia tetap yakin kalau bundanya tidak seperti itu. 

"Maaf kak gue gak bermaksud apa-apa tapi gue tetep gak pecaya sama apa yang kakak ceritain. Kalaupun kakak anak bunda, gue yakin bunda gak akan lakuin itu. Bunda gak akan tega ninggalin anaknya sendiri." 

"Lo masih gak percaya? terus kenapa bunda lo merhatiin gue terus saat acara ultah lo? saat wisuda Jihoon juga, dia tanya soal rumah dan orangtua gue. Lo pikir buat apa dia tanya itu? dia pasti sadar kalau gue ini anaknya." 

"Enggak, kak Renjun bukan anak bunda." ucap Ryujin yang sengaja meninggikan suaranya. 

Perkataan Ryujin barusan membuat Renjun kesal kemudia ia mencekik leher Ryujin.

"Uhuk..uhuk...uhuk." 

"Lo jangan mancing emosi gue, kalau lo sampe berulah gue gak akan segan-segan nyakitin lo." 

Setelah berkata demikian, Renjun mengambil lakban dan kembali menempelkannya pada mulut Ryujin kemudian berjalan pergi dan tak lupa mengunci ruangan tersebut. 

Ryujin harus memikirkan cara untuk  bisa keluar dari situ, apapun itu. Sebelumnya, ia harus melepaskan tali yang mengikat badan, tangan dan kakinya. Ryujin melihat sekeliling ruangan untuk mencari benda tajam yang sekiranya bisa melepas tali dibagian tangannya. 

Akhirnya Ryujin melihat ada serpihan kaca beling yang berserakan tak jauh dari tempatnya. Ryujin menggeserkan tubuhnya untuk mengambil kaca beling itu. 

Hingga akhirnya ia bisa meraihnya dan mencoba sekuat tenaga untuk memutusakan tali yang mengikat tangannya. Walaupun harus menahan sakit akibat memegang kaca beling tersebut.

ROSE - Asahi RyujinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang