0 : 1

153K 6.4K 50
                                    

Empat orang menampilkan wajah meringis sekaligus ngilu saat melihat Raynar Erlangga tengah membanting lawannya hanya dengan dua gerakan saja Dika ketua Joker itu langsung KO. Mereka berdiri dibawah pohon menyaksikan perkelahian itu.

Hampir sampai di gerbang sekolah lima inti Knights dihalangi tiga puluh anggota Joker hanya untuk mengajak mereka berperang pagi pagi.

Knights dan Joker dua geng motor penguasa jalanan hanya bisa diam menyaksikan ketua geng mereka saling adu kekuatan. Saling memukul dan membanting satu sama lain. Harusnya ada perperangan diantara kedua kubu geng itu tapi Raynar mengusulkan pada Dika ketua geng Joker untuk berduel saja. Mengingat mereka ingin berangkat sekolah.

"Ngilu njir! Tulang keringnya pasti patah tu." Ikhsan mencengkam kuat celananya untuk melampiaskan rasa ngilu yang ia alami. Saat melihat Raynar dengan buasnya menginjak beberapa kali tulang kering Dika

"kayaknya kembaran lo kesurupan deh." Kata Riski menepuk pelan bahu Raina.

"Ngapain lo nepok gue!" Sentak Raina memelintir tangan Riski hingga cowok itu meringis tak tertahankan.

Melihat itu Dimas hanya tertawa saja. Tidak berniat untuk membantu Tidak ada niatan untuk menolong Riski. Memang sahabat laknat. Ditambah lagi Ikhsan seperti mendukung kegiatan penyiksaan yang dilakukan Raina itu.

"Patahin tangannya, Na! Kalau gue udah habis gue bikin!" Ujar Ikhsan menyemangati. Cowok itu menaikan kedua alisnya pada Dimas lalu kedua cowok itu tertawa.

"Aduhhh, sakit, Na." Ikhsan kaget lalu menepuk nepuk pahanya dengan keras karna Raina tiba tiba saja menendang perutnya. Memang ratu galak yang disematkan pada diri Raina memang cocok padanya.

Raina yang merasa kasihan pada kembarannya itupun melepaskan tangan Riski lalu melihat Ikhsan yang kesakitan."Makanya jangan macam macam sama gue! Gue babat abis kalian berdua!"

"Iya, Na. Nggak lagi lagi." Ikhsan merapatkan kedua telapak tangannya meminta ampun pada Raina. Dimas yang melihat pertengkaran kecil ketiga sahabatnya itu hanya bisa tertawa tanpa dosa.

"Ngeri banget tendangan lo! Perut gue sampai mau lepas rasanya!" Ikhsan menepuk pelan pundak Raina guna menenangkan amarah cewek itu.

"Jangan sentuh gue!" Sentak Raina murka. Ikhsan yang mendengarnya langsung cengengesan.

Raynar tersenyum miring saat melihat Dika meringkuk diatas tanah karna ulahnya yang membuat cowok itu babak belur. Jangankan untuk berdiri bergerak saja badannya sudah sakit semua.

"Lemah!" Hina Raynar lalu meludah disamping tubuh Dika.

Cowok itu berjalan menuju empat sahabatnya. Raynar tersenyum tipis saat melihat Raina tengah memelintir tangan Riski dan cowok itu hanya pasrah saja tidak ada perlawanan sama sekali.

Suara teriakan dari segerombolan lawan yang mengumpat dirinya hanya dianggap angin lalu oleh Raynar.

"Aman?" Tanya Raynar pada Riski saat ia sudah duduk disamping Dimas.

"Hampir patah tangan gue, Nar!" Jawab Riski melirik sinis Raina.

"Berani lo, gue pelintir lagi ni!" Ancam Raina membuat tatapan sinis Riski berganti dengan tatapan konyol dan cengengesannya.

"Nggak, Na. Damai." Riski mengangkat dua jarinya."Dasar cewek macam, Mak lampir!" Gumamnya.

Raynar menggeleng-geleng kepala melihat hal itu lalu membuka tutup botol minuman kemudian meminumnya. Haus juga kalau berkelahi pagi pagi.

Kelima inti Knights itu memutuskan untuk pergi dari sana. Melajukan kencang motor mereka menuju sekolah. Raynar cukup puas pagi ini karena rasa emosinya sudah terlampiaskan pada Dika.

Kelima remaja itu memasuki perkarangan sekolah kemudian memarkirkan motor mereka.

"Kenapa nggak gue habisin aja Dika tadi. Nyesal gue!" Ujar Raynar yang sudah turun dari motornya.

"Jangan asal ngabisin nyawa orang gitu aja, ingat dia manusia bukan nyamuk!" Ujar Dimas dengan suara dingin yang terdengar bijak.

Raynar tersenyum miring pada Dimas."Dia bukan nyamuk tapi hiburan gue. Yang kapan pun bakal gue buang ke neraka!" Jawab Raynar.

Dimas menghela nafasnya cukup frustasi mengingatkan hal yang baik kepada orang bebal seperti sahabatnya ini.

"Kayaknya kita telat deh." Riski menelusuri setiap penjuru sekolah yang sudah sangat sepi orang.

"Gimana nggak telat, udah jam 08.09 ini." Ikhsan melihat jam tangannya.

"Tenang aja, bos kita kan anak pemilik sekolah. Jadi aman lah kita," sahut Riski menepuk bahu Raynar.

"Jangan banyak bacot, ayo masuk!" Kata Raina masuk kedalam kelas diikuti oleh keempat sahabatnya.

Sampai didalam kelas mereka telah menjadi objek semua pasang mata tidak terkecuali guru yang mengajar. Tapi mereka hanya cuek saja. Semua telah duduk kecuali Raynar yang masih berdiri disamping mejanya.

"Maaf kami telat pak, tadi macet banget," jelas Raynar sebelum duduk di bangkunya. Raynar adalah ketua geng jadi ia harus mempunyai jiwa pemimpin. Dengan mengakui kesalahannya didepan guru. Walaupun ada sedikit bumbu kebohongan.

"Tidak apa apa. Lain kali jangan diulangi!" Ujar sang guru agak kesal. Tapi mau bagaimana lagi. Dia anak dari pemilik sekolah. Jadi kalau mau jalan aman lebih baik mengala

"Makasih, pak." Dimas berlalu pergi menuju bangkunya diikuti dengan yang lain.

"Tidak bisa begitulah pak." Seorang gadis bernama Caera memukul meja lalu berdiri."Mereka itu telat hampir satu jam, jangan mentang-mentang Raynar anak pemilik sekolah jadi dia seenaknya!" Katanya tidak terima.

Mendengar itu guru yang ingin melanjutkan pembelajaran langsung terhenti. Raynar tersenyum miring menatap Caera. Caera adalah anak OSIS jadi hanya dia dan empat temanya yang lain yang berani menantang Raynar dkk.

"Lo diam aja deh!" Sentak Raina yang juga berdiri disamping Raynar. Gadis itu menatap kesal kearah Caera dan dua temannya.

"Semua yang ada disini adalah murid, jadi harus diperlakukan adil. Ini sekolahkan jadi bapak sebagi guru harus berlaku adil! Jangan pilih kasih," Sahut Arik yang juga berdiri disamping Caera. Dia adalah ketua OSIS.

"Iya benar, harus adil. Jadi yang terlambat harus tahu diri!" Dina yang ikut ikutan.

Semua murid tentu setuju tapi tidak berani bersuara. Terutama sang guru. Raynar dan teman temannya itu seperti bos disekolah ini. Maunya menang sendiri. Kalau salah tidak mau disalahkan. Yang paling penting bagi siapa saja yang menganggu ketenangan mereka maka inti Knights itu tidak segan segan membuat keributan disekolah ini. Dan akan menyingkirkan orang yang menganggu mereka itu.

Raynar mengeram kesal mendengarnya. Kata kata tiga gadis itu membuat harga dirinya sudah tidak ada dikelas ini. Apalagi saat ia mendengar bisik bisik setiap teman sekelasnya. Dan Raynar pastikan itu untuk dirinya dan sahabat sahabatnya.

Brakk!

"Oke, kita kelapangan sekarang." Raynar berdiri setelah menggebrak meja dengan keras. Semua orang hampir saja jantung karna kaget.

"Oh iya, kalau ada lagi yang protes, silahkan ngomong sekarang!" Raynar melihat semua temannya. Menunggu mereka berbicara. Ia sangat marah dan tersinggung saat ini.

Mata Raynar teralih kearah Arik yang duduk tidak jauh darinya. Cowok itu menatap Raynar dengan bengis. Raynar yang tidak terima dengan tatapan itu balik menatap bengis Arik.

Merasa tidak ada yang ingin berbicara lagi. Keempat sahabatnya yang lain juga ikutan berdiri saat mendengar perintah Raynar. Mereka kompak menatap benci pada Caera dan dua temannya. Lalu berjalan berlalu pergi.

Caera dan Arik tersenyum senang saat melihat lima berandalan itu keluar kelas.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang