1 : 8

39K 3.4K 99
                                    

Raynar bangkit dari kursi kantin saat melihat kedatangan Cadenza. Cowok itu berdiri dengan tegas melihat pergerakan Cadenza dengan serius. Saat Cadenza menoleh padanya buru-buru cowok itu menaikan sekilas kedua alisnya.

Cadenza paham dengan maksud itu, gadis itu menghentikan langkahnya menahan tangan Rani yang berjalan disampingnya.

"Ran, gue kerja rodi bentar yah," pamit Cadenza ingin pergi tapi Rani yang belum paham maksud gadis itupun menahan tangannya.

"Mau kemana lo? Kerja rodi, maksudnya?" Tanya Rani mengerutkan keningnya. Saat Cadenza mengarahkan pandangannya kepada seseorang, Rani barulah paham."Oh, silahkan. Dan semangat," ujarannya tersenyum aneh tapi entah mengapa membuat Cadenza kesal melihatnya.

Setelah mengatakan itu buru buru Cadenza pergi dari hadapan Rani. Tatapan Raynar makin lama makin membuatnya merinding. Gadis itu berjalan dengan gaya yang menjadi ciri khasnya disekolah ini, yaitu tengil. Entah lah dirinya pun bingung kenapa bisa ia dikenal dengan sikap tengil padahal ia selalu membawa biola kemanapun, kenapa tidak dikenal dengan gadis biola saja. Sebutan itu lebih bagus nenurutnya dari pada gadis tengil yang melekat pada dirinya.

"Lama banget lo! Gue nungguin lo hampir lima belas menit. Mikir nggak lo!" Cerocos Raynar saat Cadenza berdiri dihadapannya.

Cadenza mengeram dalam hati, mengutuk buruk cowok didepannya ini. Tapi gadis itu coba menahan emosi dan jiwa bar barnya yang hampir saja keluar siap tempur kapan pun.

"Maaf, kak. Tadi gue abis daftar ekstrakurikuler seni musik, makanya lama," jawab Cadenza memainkan jari jemarinya seolah menyesali perbuatannya.

"Nggak ada maaf buat lo! Gue benci menunggu! asal lo tahu itu!" Balas Raynar dengan suara tidak santai.

"Mau makan atau berantem?" Sahut Panji. Semua anggota geng Knights yang berjumlah hampir tiga puluh orang itu sontak menoleh kearah Panji. Jarang sekali mereka dengar cowok itu mengulurkan suaranya.

Raynar menyunggingkan senyum miringnya kepada Panji."Laksanain tugas lo!" Ujar Raynar pada Cadenza tanpa melihat kearah gadis itu karna matanya fokus kedepan menatap tajam Panji."Dan harus cepat," tambahnya.

Cadenza melihat satu persatu semua orang yang ada dimeja itu."Kalian mau pesan apa?" Tanyanya malas.

"Samain semuanya," jawab Raina dan disetujui oleh semua orang.

Saat Cadenza ingin melangkah pergi, ia memberhentikan langkahnya saat merasa tangannya dicekal seseorang. Cadenza menoleh kearah Panji yang ternyata ia lah pelakunya.

"Dia aja." Panji melihat Raynar lalu Cadenza.

"Maksudnya?" Tanya Cadenza tidak paham.

Panji menatap bergantian kearah semua temannya."Pesan sendiri!" Ujar Panji dengan wajah dinginnya. Setelah itu cowok itu melepaskan cekalan di ditangan Cadenza.

Barulah Cadenza paham maksud dari Panji. Ia diminta hanya memesan makanan Raynar, dan pesanan yang lain itu mereka sendiri yang mengurusnya. Cadenza mengedipkan kedua matanya sambil tersenyum saat Panji melihat dirinya. Itu tanda terima kasih Cadenza untuk cowok itu.

"Segitunya lo belain?" Tanya Raynar saat Cadenza telah pergi memesan."Oh iya, dia calon istri lo," tambahnya sambil tersenyum remeh pada Panji.

"Dia beneran calon istri lo, Ji?" Tanya Ikhsan mengingat perkataan mama Panji tempo hari.

"Kalau iya, kok lo nggak pernah bilang sama kita?" Tanya Riski yang juga sama penasarannya dengan Ikhsan dan Raynar.

Dengan wajah yang menjengkelkan dimata semua orang, Panji hanya menghela nafas melihat tiga orang kepo itu. Tidak ada perkataan yang terlontar di mulut cowok itu. Pertanyaan yang sangat tidak penting dan tidak harus ia jawab.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang