3 : 8

34.4K 2.8K 113
                                    

"Cepat! Udah mau telat ini!" Cadenza tersenyum bahagia menundukkan pandangan melihat kakaknya yang sedang mengikatkan tali sepatunya.

"Sabar!" Geram Caera menepuk betis adiknya dengan pelan tapi hal itu malah dimanfaatkan oleh Cadenza.

"Aduh, sakit!" Ujar Cadenza berpura pura kesakitan."Bunda!" Adunya pada Liza yang tengah duduk santai tidak jauh dari dirinya.

"Kakak, baik baik dong sama adeknya," tegur Liza.

Caera menghela nafas kasarnya lalu mendongak untuk melihat Cadenza. Ia menahan amarah saat melihat wajah tengil adiknya itu sedang mengejek dirinya. Kemudian ia sekilas menoleh kebelakang.

"Maaf bunda." Caera perlahan bangkit. Ia menatap penuh dendam kepada adiknya itu.

"Apa?" Cadenza menaikan dagunya dengan senyuman tengil gadis itu ia mengedipkan sebelah matanya.

Melihat hal itu bukannya marah Caera malah tersenyum aneh. Ia menaikan sekilas kedua alisnya. Lalu perlahan membalikan badan untuk melihat kearah Liza.

"Bunda." Liza langsung menoleh kearah Caera."Enza, bandel disekolah. Udah tau tanganya sakit, malah lari larian nggak jelas. Terus dia juga main sama anak anak berandalan di sekolah, bunda. Kan itu bisa ngebayangin dia. Dan ujungnya Bunda jadi sedih," kebohongan yang amat panjang dilontarkan oleh Caera dan berhasil membuat Liza tertipu.

Seketika Liza langsung melihat putri bungsunya itu dengan tatapan tidak suka. Ia bangkit menghampiri Cadenza.

"Nggak bunda, bohong. Fitrah..... Eh fitnah!" Cadenza menggeleng menatap sang bunda dengan memohon.

"Mau bunda nangis?" Tanya Liza setelah berdiri tepat didepan Cadenza. Kedua tangan wanita itu memegang kedua bahu Cadenza.

Tentu saja Cadenza menggeleng."Nggak."

"Makanya nurut sama, kakak yah. Kalau kakak larang ini itu harus di turutin. Itu juga demi kebaikan, Enza," ujar Liza dengan lembut.

Cadenza menunduk sedikit mengangguk. Ia merasakan sentuhan hangat dan lembut tangan bundanya di area bahu. Kemudian gadis itu melirik Kakaknya yang kini sedang tertawa tanpa suara kepadanya. Itu membuat jiwa iblis Cadenza seketika bergejolak.

Setelah Liza masuk kedalam rumah. Cadenza mengadahkan pandangan lalu merentangkan kedua tangannya lalu berteriak keras didamping mobil Caera.

"YAH TUHAN BISAKAH KAU TURUNKAN PETIR, SAMBARLAH GADIS INI!!" Cadenza menunjuk kebelakang kearah Caera yang hendak masuk kedalam mobil.

"Bacot! Masuk!!" Sentak Caera membalikan sekilas badannya.

Cadenza menatap murka Caera setelah gadis itu masuk kedalam mobil. Nafasnya memburu saat mengingat perkataan yang dipenuhi dusta kakaknya itu kepada bundanya. Padahal masih pagi, dan dia sudah mendapatkan celotehan dari sang bunda.

"Selain kang goda punya orang, ternyata lo kang fitnah juga yah?" Sinis Cadenza.

Caera yang hendak menghidupkan mobil langsung menghentikan niatnya itu. Ia menoleh dan menatap sinis adiknya.

"Jaga tuh mulut!" Geram Caera setelah menjitak kepala Cadenza.

Cadenza meringis mengusap usap bekas pukulan kakaknya itu yang terasa sedikit sakit. Ia ingin membalas perbuatan Caera namun dengan cepat tanganya ditahan oleh kakak laknatnya itu.

"Apa hah, apa?" Tantang Caera. Ia saat ini merasa sombong karna satu tangan Cadenza yang masih dibalut perban membuat kekuatan adiknya itu tidak ada apa apanya lagi dimatanya.

"Wah songong!" Cadenza berhasil menarik tangannya dari genggaman Caera."Mentang-mentang tangan gue yang satunya masih sakit, lo sekarang berani aniaya gue!"

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang