5 : 6

25K 2K 267
                                    

"Panji sakit," ujar Dimas yang baru saja mengubungi mama Panji.

Semua sahabatnya yang mendengar hal itu tentu saja kaget. Apakah sakit Panji disebabkan oleh insiden perkelahian yang dilakukan cowok itu semalam. Mereka puh kompak menoleh kearah Arik yang tengah bermain bola di lapangan bersama tiga temannya.

Mereka berlima saat ini sedang duduk dibawah pohon. Malas ngapa-ngapain adalah alasan yang mereka ajukan disaat gue olahraga meminta mereka untuk bergabung bersama murid lain yang saat ini tengah fokus bermain bola besar.

"Gue masih penasaran. Apa yang ngebuat Panji semarah itu sama dia. Dan sampai ribut lagi," ujar Riski yang penasaran berarti sejak semalam.

"Lo udah tanya sama, Enza, Nar?" Tanya Raina seraya merebahkan kepalanya di paha Dimas.

"Udah, tapi kata pacar gue mereka udah biasa berantem kaya gitu," jawab Raynar langsung mendapatkan cibiran dari Ikhsan.

"Mantan, Nar! Mantan! Udah putus lo sama dia kalau lo lupa," sindir Ikhsan.

Mendengar hal itu membuat Raynar menjadi geram."Dia yang mau putus tapi gue gak! Mau apa lo? Kalau gue bilang dia tetap pacar gue, hah?" Tantang Raynar.

Riski berdecak kesal melihat kedua sahabatnya itu yang akhir akhir ini sering terlibat perang mulut kalau sudah membahas tentang Cadenza."Udah! Udah! Berantem mulu lo berdua, bosan gue dengarnya!" Lerai Riski memberengut kesal.

Raynar yang masih marah pun tidak mendengarkan perkataan Riski ia tetap menatap tajam Ikhsan yang saat ini sudah membuang muka, mungkin takut dengan tatapan ia ia layangkan itu. Namun ia langsung menoleh kearah perkarangan sekolah yang tepat berada disamping lapangan bola. Ia mendengar suara tawa Cadenza yang sangat ia rindukan itu.

Senyuman pun mengembang saat itu juga. Hampir dua Minggu ini ia tidak melihat Cadenza tertawa lepas seperti itu. Mungkin karna masalah gadis itu yang begitu runyam.

"Jahat banget kalian berdua, gue ini teman kalian loh!" Gerutu Mona yang sedang hormat pada bendera atas hukuman yang diberikan Cadenza dan Jamal karna telat datang kesekolah.

"Siapa yang jadiin kita OSIS hah? Lo semua kan? Jadi terima balasan dendam dari kami!" Balas Jamal yang masih tertawa ngakak bersama Cadenza.

"Teman laknat! Senang! Senang kalian ngelihat gue, huh?" Geram Mona yang makin membuat tawa kedua temannya makin menjadi jadi.

"Oh tentu!" Jawab Cadenza dengan wajah tengilnya."Senang dalam hati!" Cadenza menaik turunkan kedua alisnya kepada Jamal seraya tertawa.

"Udah, nggak kuat gue!" Jamal menghela nafas menormalkan menghentikan tawa yang membuat perutnya sakit."Abis ini lo......!" Jamal melirik Cadenza dengan wajah menyebalkan.

"Bersihin toilet!" Sambung Cadenza bersemangat!"Wouwwwwww!" Cadenza melompat lompat sangking girangnya.

"ENZA! GUE SUMPAHIN LO JOMBLO SEUMUR HIDUP!" Jerit Mona yang sangat geram sekaligus tersiksa. Sangking geramnya ia sampai mengejar Cadenza. Ini lah contoh tidak ingat jasa orang. Jelas-jelas ia dan para teman-teman yang lain yang membuat Cadenza dan Jamal menjadi ketua dan wakil OSIS. Tapi lihat lah mereka berdua sekarang sudah seperti pengusaha sekolah.

"WOI CEBOL! GUE KARUNGIN LO KALAU KETANGKEP SAMA GUE!" teriak Mona mengejar Cadenza yang sangat lincah itu.

"GUE CEBOL LO APAAN HAH? KECEBONG?" balas Cadenza seraya fokus berlari.

Jamal yang melihat itu hanya bisa tertawa ditempat. Toh bukan dia yang dikejar."Jadi kangen Rani gue," Gumam Jamal.

Cadenza yang fokus berlari pun sampai tidak melihat seseorang yang berdiri dihadapannya. Dan ahkirnya Cadenza menabrak orang itu sampai keduanya terhempas ketanah dengan Cadenza yang menindih tubuh orang itu.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang