Rasa gelisah kian hadir disaat tangan seseorang yang dengan lancangnya memeluk hangat perut Raynar. Padahal ia tidak minta, tapi gadis dibelakangnya ini melakukan itu dengan suka rela dan dengan perasaan biasa saja tapi mengapa imbasnya ke diri Raynar. Pemuda menahan gejolak lain pada dirinya saat ini. Entah sudah beberapa kali cowok itu menyerkah keringat dingin yang membasahi pelipisnya sangking gelisah dan gugup seorang Raynar.
"Bisa nggak tangan lo jangan gini," ujar Raynar menepuk pelan tangan Cadenza. Lampu merah menjadi peluang bagi Raynar untuk terbebas dari gejolak sialan ini.
"Tangan gimana?" Tanya Cadenza bingung. Gadis memajukan wajahnya agar bisa melihat tangan yang berada di area perut Raynar."Ohh, kalau nggak gini gue bisa jatoh," jawab Cadenza memundurkan wajahnya.
Raynar menenangkan dirinya yang masih saja gugup. Cowok itu berdehem beberapa kali kemudian berkata."Tapi gue gak bisa nafas, kalau kekepin sepanjang jalan kaya gini." Raynar menjulurkan lidahnya untuk membasahi bibirnya, melirikkan matanya kesamping.
"Yaudah maaf." Cadenza melepaskan pelukannya lalu memegang ujung jaket kulit Raynar.
"Kok dilepas?" Tanya Raynar membuat gadis itu bingung.
"Tapi nggak bisa nafas, masnya!" balas Cadenza kesal.
Raynar melirik lampu yang masih merah. Kemudian cowok itu dengan ragu meraih tangan Cadenza lalu ia lingkari diperutnya."Peluk aja, tapi jangan kekecangan." Raynar bisa melihat dari spion wajah bingung Cadenza.
Cadenza hanya diam saja, tidak berniat membalas ucapan dan tindakan Raynar yang sama sekali tidak jelas.
"Udah Ijo, kak." Cadenza menepuk pelan bahu Raynar menggunakan keningnya.
Cowok itu sedari tadi asik memandangi wajah Cadenza langsung tersentak kaget merasa panggilan dan sentuhan Cadenza.
Raynar melajukan motornya saat melihat keempat sahabatnya sudah melajukan motor mereka duluan. Sial! Karna keasikan memandangi wajah ceria Cadenza saat tersenyum manis entah pada siapa. Senyuman manis yang selalu ia baru lihat setelah tiga hari mereka mengenal.
...........
"Lah, kok kita kesini?" Tanya Cadenza seraya turun dari atas motor Raynar. Gadis itu menyeringit heran saat mereka bukannya kerumah Cadenza seperti perkataan Raynar tadi diparkiran tapi malah ke markas geng Raynar yang Cadenza lupa namanya.
"Bawel lo! Ayo masuk!" Sentak Raynar menarik tangan Cadenza yang belum siap berdiri karna baru turun dari motor. Alhasil keseimbangan Cadenza goyah, untung saja Raynar sigap menangkap tubuhnya.
"Untung nggak jatoh." Cadenza mendesah lega."Eh maaf, kak," kagetnya saat melihat wajah Raynar hampir saja bersentuhan dengan wajahnya.
"Lain kali kalau jalan itu pakai mata." Raynar melepaskan rangkulan tangannya di pinggang Cadenza.
"Cieee, udah kaya FTV SCTV aja adegan didepan gue," sindir Riski melihat wajah Raynar dah Cadenza seraya tersenyum jahil.
"Kenapa? Iri lo?" Tanya Ikhsan menggoda Riski yang sampai sekarang masih menjomblo setelah mantan terindahnya pergi keluar negeri meninggalkan Riski dengan seribu kenangan dan cinta yang amat tulus seorang Riski.
"Ngapain gue iri?" Jawab Riski dengan tatapan tidak suka.
"Harus irilah, kan situ sadboy!" Ujar Ikhsan menaik turunkan alisnya."Wajah lo kalah ganteng ama gue. Makanya jomblo, ditinggalin lagi." Ikhsan berdecak heran kemudian terkekeh.
Wajah Riski berubah masam, matanya menatap tajam Ikhsan tapi tidak ada tindakan atau perkataan yang terlontar. Saat melihat yang lain sudah masuk kedalam markas cowok itu pun mengikuti.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAYNAR ( Selesai )
Teen Fiction( FOLLOW SEBELUM MEMBACA ) JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMENYA. Tentang Raynar ketua geng Knights. Cowok anti penolakan. Apapun bisa ia dapatkan terutama para gadis gadis. Hanya karna ia tampan dan kaya. Temperamental adalah sikap buruk yang tidak pe...