3 : 3

37.3K 3.2K 282
                                    

Ditemani dengan semilir angin Raynar menatap kosong pepohonan yang ia lihat dari atas rooftop. Mata berair dan keadaan diri yang amat kacau tidak ia pedulikan lagi. Ia hanya mengingat wajah Cadenza, wajah gadis yang ia rindukan itu. Hatinya terasa kosong dan sangatlah merasa bersalah saat ini. Apalagi Cadenza dinyatakan koma. Hingga malam sampai pagi seperti ini ia belum bisa melihat wajah gadis itu lagi.

Kalau saja Raina dan para sahabatnya yang lain tidak memaksa dirinya untuk pulang dan bersekolah, ia tidak akan mau beranjak dari kursi sebelah ruangan tempat Cadenza dirawat itu. Ia akan tetap setia menunggu gadis itu sadar. Hanya menginginkan satu hal, yaitu disaat Cadenza bangun ia lah orang yang pertama dilihat oleh gadis itu.

"Kangen, sayang." Lirih Raynar mengelap air matanya yang jatuh lagi."Kapan bangunnya, hmm?" Lanjutnya menundukkan kepala.

Raynar perlahan mendongak tapi mata cowok itu tertutup lalu senyum manis terbit dibibirnya. Ia mulai mengingat momen disaat Cadenza dan dirinya duduk bersama di rooftop ini.

"Dompet kakak jatuh nih," ujar Cadenza memberikan dompet Raynar yang jatuh diatas pahanya. Hampir saja dompet itu diambil oleh Raynar tapi Cadenza segera menjauhkannya.

"Mau ngapain sih?" Tanya Raynar sedikit kesal karena abis diledek Cadenza. Cowok itu merangkul mesra lengan Cadenza lalu menyenderkan kepalanya di bahu gadis itu dengan mesra.

"Kakak kaya kan?" Tanya Cadenza sambil memperhatikan dompet cowok itu.

"Iya," jawab Raynar sambil menatap wajah Cadenza dari samping."Kenapa nanya gitu?" Tanyanya heran.

"Tapi kok dompetnya tipis? Udah kaya dompet si Jamal aja." Cadenza memutar kepalanya sedikit untuk menatap balik Raynar.

Raynar menghela nafas lalu meraih dompetnya dari tangan Cadenza."Uang memang tipis, tapi ini..." Raynar memperlihatkan tujuh kartu blackcard nya."Banyak kan?" Tanya cowok sedikit sombong. Ia menaik turunkan alis lalu memajukan wajahnya hendak mencium pipi Cadenza tapi gadis itu segera menjauh.

Cadenza berdecak kemudian tertawa kecil saat melihat raut wajah Raynar yang menunjukan kalau ia sedang kesal. Bagaimanapun ia belum ada kata pacaran dengan Raynar tapi selalu saja disetiap kesempatan yang ada Raynar selalu bergerak cepat untuk mencium pipi atau kalau tidak bahu dan keningnya. Tentu saja Cadenza risih, tapi kalau ngomong langsung ia jadi tidak enak hati.

Mata Cadenza terfokus kearah foto yang ia dikeluarkan oleh Raynar dari dalam dompet cowok itu. Namun sialnya hanya belakanganya saja yang ia lihat, membuat jiwa keponya bergejolak.

"Foto siapa nih?" Tanya Cadenza setelah merebut dengan gerak kilat foto yang yang awalnya di pegang oleh Raynar."Ini kan foto gue!" Wajahnya jadi kaget saat melihat foto saat ia kecil. Bagaimanapun cowok itu mendapatkan foto ini.

"Memang iya itu foto lo," jawab Raynar santai kembali merangkul lengan Cadenza lalu kembali menyenderkan kepalanya di bahu gadis itu."Terus?" Tanya tersenyum manis.

"Terasa terus! Dari mana lo dapat nih?" Tanya Cadenza kesal menyentak bahunya hingga kepala Raynar langsung menjauh dari bahu itu.

"Kok lo marah sih?" Raynar menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Iya lah, harus marah! Nggak boleh tau nyimpan foto orang sembarangan!" Jawab Cadenza lalu menyimpan foto yang mau di rebut Raynar itu kedalam saku bajunya.

"Sini nggak!" Raynar geram sendiri. Ia sudah susah payah mengambil tanpa izin foto Cadenza itu dirumah Panji. Ia juga kesal saat itu, bagaimana Panji yang bukan siapa-siapa Cadenza malah mempunyai foto gadis itu sedangkan dirinya yang berstatus pacar malah tidak punya.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang