4 : 2

31.8K 2.8K 177
                                    

Cadenza berjalan menghampiri Raynar yang tengah berdiri diatas meja dengan wajah kaget melihat betapa berantakannya ruangan didalam markas ini. Sebuah dekorasi yang Cadenza pastikan bagus untuk digantung dan dihias di ruangan ini kini telah berserakan dimana-mana. Belum lagi beberapa piring pecah yang berserakan di lantai sungguh mengenaskan.

"Kak Raynar," panggil Cadenza berdiri tepat dibawah Raynar. Pandangan gadis itu mendongak kaget saat melihat wajah Raynar yang berkeringat ditambah lagi sebuah botol minuman ditangan cowok itu. Bisa Cadenza pastikan bahwa cowok itu mabuk berat saat ini.

"Lo datang juga ahkirnya." Raynar tersenyum dengan wajah khas orang mabuk."Mau?" Tawar Raynar memperlihatkan botol minumannya.

"Lo mabuk?" Protes Cadenza menatap tidak suka Raynar.

Kening Raynar mengerut.

"Siapa yang mabuk? Gak gue gak mabuk, sayang," bantah Raynar. Cowok menyembunyikan botol minuman di belakangnya seolah-olah Cadenza tertipu dengan hal itu."Gue lagi yakinin diri gue kalau gue ini, brengsek!" Lanjutnya.

"Lo ngomong apaan sih? Gue gak suka dengarnya!" Sentak Cadenza marah.

Melihat hal itu membuat wajah Raynar menjadi seolah-olah kaget dan merasa bersalah, padahal dalam dirinya saat ini telah hancur.

"Maaf......" Tubuh Raynar oleng dan dengan cepat Cadenza menangkap tubuh cowok itu hingga mereka berdua terjatuh diatas sofa dengan tubuh Raynar menindih tubuh Cadenza.

"Maaf, gue buat lo marah," ujar Raynar mengelus lembut pipi kanan Cadenza.

Cadenza meringis merasakan sedikit sakit di punggungnya."Lo kenapa jadi gini, ada masalah? Cerita sama gue."

Raynar tersenyum tipis."Gue hari ini ngadain diner buat sebulan jadian kita...... Oups.... Bukan jadian yah, tapi gue yang maksa saat itu." Wajah Raynar seolah-olah kaget. Cowok itu lalu bangkit untuk berdiri disusul oleh Cadenza.

"Kenapa lo kaya gini?" Tanya Cadenza entah sudah beberapa kali. Jujur saja ia sangatlah bingung dengan sikap Raynar ini.

"Gue gak papa," jawab Raynar menatap Cadenza tanpa arti."Gue cuma ratapin nasib gue yang harus mencintai seseorang yang gak akan pernah cinta balik sama gue."

Perkataan Raynar itu membuat Cadenza mulai paham sekaligus kaget."Gue udah--"

"Ssstss, Jangan ngomong lagi," serobot Raynar lalu kembali menegak minumannya.

"Udah, kak. Jangan minum lagi!" Seru Cadenza merebut paksa botol minuman dari tangan Raynar.

Raynar menatap kesal Cadenza tidak terima karna botolnya direbut gadis itu."Lo siapa ngatur gue?"

"Gue...." Lidah Cadenza kelu, ia tidak bisa bicara karna mau jawab apa. Pacar atau sahabat Raynar, ia belum mencapai kedua itu.

"Bukan siapa-siapa 'kan? Jadi jangan ngatur gue!" Sentak Raynar ingin merebut kembali botol minumannya tapi dengan cepat Cadenza menjauhkan botol itu.

"Gue orang yang lo cinta, jadi lo harus dengerin gue!" Tegas Cadenza membuat Raynar tiba-tiba saja tertawa.

"Lo aja gak cinta sama gue! Jadi untuk apa gue dengerin lo!" Balas Raynar.

"Lo lagi sakit, kak. Jangan minum-minum kaya ini!" Balas Cadenza menatap Raynar dengan tatapan memohon.

Raynar sekilas melihat kearah lain untuk mengontrol emosinya lalu kembali menatap tajam Cadenza dengan melangkah maju lebih dekat ke Cadenza."Tapi ini hidup gue! Lo gak ada hak ngatur hidup gue!" Jawab Raynar.

"Gue salah apa, kenapa sikap lo kaya gini sama gue?" Tanya Cadenza dengan mata berkaca-kaca. Cowok didepannya bukanlah sosok Raynar yang ia kenal. Ini lain, berbeda. Apa karena cowok itu mabuk jadi sikapnya berubah.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang