0 : 7

45.6K 3.6K 56
                                    

"Enza, abis ini mau kemana lagi?" Tanya Kevandra, ayah Cadenza yang sedang mengendarai mobil mengelilingi kota Bandung.

"Kemana aja, yang penting sama ayah," jawab Cadenza tersenyum sumringah memandangi setiap gedung gedung dan tempat yang ia lalui dari tadi.

Hampir dua jam berkeliling kota Bandung tidak membuat Cadenza bosan. Malahan ia sangat lah senang karna waktu waktu seperti ini adalah waktu yang paling berharga baginya. Berdua menghabiskan waktu bersama ayahnya yang selalu saja sibuk dengan pekerjaannya sebagai Jaksa.

"Enza, jangan mangap terus, entar lalat masuk kedalam mulutnya," peringat Kevandra seraya terkekeh bersama putrinya.

"Ayah jangan ledekin, Enza, mulu!" Cadenza memukul pelan bahu kiri ayahnya seraya tertawa kecil.

Pemandangan kota Bandung di sore hari memang sangatlah indah. Apalagi angin sore yang menyejukkan kulit. Tawa renyah Cadenza selalu terdengar oleh Kevandra dan itu membuatnya sangat bahagia. Ditambah lagi kemaren ia baru saja menegang kasus yang berhasil mengangkat jabatannya sebagai jaksa ketua di kantornya. Hari ini adalah hari yang amat berharga bagi Kevandra.

"Kenapa kita nggak ke pantai aja, yah?" Tanya Cadenza Protes. Saat ini mereka sedang berada tepat didepan tepi Danau. Sepi tidak ada yang menarik disini. Tapi Kenapa ayahnya memilih tempat ini.

"Bosan ayah lihat pantai, ke danau sesekali kan nggak ada salahnya?" jawab Kevandra meraih tangan kanan Cadenza untuk ia genggam.

Cadenza menghela nafasnya. Benar juga apa yang dibilang ayahnya. Hampir setiap bulannya mereka ke pantai saat waktu senggang seperti ini. Walaupun sepi tapi ada perasaan nyaman dihati Cadenza saat ini.

"Kalau ayah udah nggak ada? Gimana?" Tanya Kevandra tiba-tiba membuat Cadenza mengubah raut wajah semangnya menjadi bingung.

"Maksudnya, ayah udah nggak ada? Ayah mau ninggalin, Enza?" Tanya Cadenza sedikit sedih. Gadis menarik tangannya memutar tubuhnya kearah Kevandra.

Melihat wajah putrinya yang tampak murung itu membuat Kevandra terkekeh geli. Cadenza kalau menunjukan wajah seperti ini akan tampak lucu dimatanya.

"Kok ayah ketawa? nggak ada yang lucu!" Seru Cadenza bersedekap dada menatap tidak suka ayahnya.

"Ngambek nih?" Kevandra menoel hidung Cadenza dengan telunjuknya."Maaf deh, ayah tadi cuma nanyanya bercanda doang."

"Tapi bercandanya gak lucu, ayah!"

"Iya maaf, nggak lagi-lagi deh." Kevandra menyatukan kedua telapak tangannya menerjabkan matanya beberapa kali."Maafin ayah, maaf."

Cadenza meraih kedua tangan ayahnya lalu meletakkan dikedua pipinya."Ck, iya Cadenza maafin, tapi jangan diulangi lagi."

Kevandra memanyunkan bibirnya lalu mengangguk."Iya, janji."

"Dan juga jangan pernah tinggalin, Enza. Janji?" Cadenza mengarahkan tangannya kanan kedepan Kevandra.

Kevandra melihat tangan itu lalu tersenyum. Pria paruh baya itu mencium kening putrinya kemudian menjabat tangan putrinya itu.

"Janji!" Seru Kevandra kemudian menarik tangan Cadenza dan menciumnya. Gerakan itu adalah gerakan saklar bagi Cadenza dan ayahnya. Gerakan untuk perjanjian apapun itu. Dan itu juga perjanjian terakhir mereka sebelum lima orang yang tiba-tiba saja memecahkan kaca mobil mereka. Lalu tanpa belas kasihan dua dari orang orang itu menembakkan tiga peluru kepada Kevandra dan satu peluru kepada Cadenza.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang