"Besok kita cari lagi yah?" Ujar Raynar menenangkan Cadenza yang tidak henti hentinya menangis diperlukannya.
"Tapi kakak pasti... Pasti ketakutan, Anar. Aku mau cari dia sampai ketemu. Dia itu takut banget sama gelap..... Hiksss," Lirih Cadenza mendongak sekilas untuk menatap wajah Raynar. Tubuh gadis itu bergetar karna tangisannya itu. Memikirkan bagaimana nasib kakaknya saat ini.
Posisi mereka berdua agak berjauhan dengan yang lain. Bukan maksud apa apa tapi Cadenza butuh tempat untuk menangkan diri. Dan tempat disamping tenda ini adalah yang paling tepat.
"Iya besok! Kita cari lagi. Sekarang udah malam banget, Aza!" Tegas Raynar seraya mengeratkan pelukannya.
Hampir lima jam mencari keberadaan Caera tapi sama sekali tidak membuahkan hasil. Bahkan pihak penjaga hutan pun tidak dapat menemui jejak Caera. Hal itu yang membuat Cadenza sangatlah khawatir, apalagi yang ia katakan tadi kalau kakaknya itu sedang demam. Ia kini merasa sudah gagal menjadi seorang adik.
Suara tangisan Cadenza yang tidak kunjung berhenti itu membuat Raynar merasa risau. Bahkan mata gadis itu sudah bengkak tapi itu sama sekali tidak diperlukan Cadenza. Raynar melepas perlahan pelukannya lalu bangkit untuk berdiri.
"Sini gendong." Raynar menarik tangan Cadenza lalu membopong tubuh mungil gadis itu didepannya.
"Aza, mau ketemu kakak, Anar... Hiksss," Isak tangis Cadenza seraya melingkarkan tangannya pada leher Raynar begitupun kakinya yang ia lingkarkan di pinggang cowok itu.
"Anar, Janji besok Aza udah ketemu sama, Caera," jawab Raynar setelah menempelkan keningnya ke kening gadis itu. Mata kedua remaja itu saling tatap dari jarak yang amat dekat.
Cadenza tidak menjawab perkataan Raynar itu. Ia memilih menyembunyikan wajahnya di ceruk leher cowok itu. Cadenza bisa merasakan tubuhnya dibawa oleh Raynar. Ia juga merasakan tangan kekar Raynar mengusap lembut rambutnya. Dan perlahan mata yang bengkak itu tertutup untuk tidur.
"Padahal si Caera cuma kakak tiri! Kok si Enza begitu banget yah?" Tanya julid seorang Riski kepada tiga temannya.
"Bacot lo kaya cewe, mujaer!" Jawab Dimas sedikit kesal setengah melempar Riski dengan ranting kecil.
"Orang cuma nanya," jawab Riski membela diri seraya mengusap lututnya.
"Jangan ngomong gitu ih!" Sahut Raina yang duduk disamping Dimas."Caera lagi hilang, kita seharusnya sedih."
"Tumben lo, Na?" Tanya Riski dengan wajah berbinar binar."Caera kan musuh lo. Harusnya lo senang dong?"
"Walaupun gue musuhan sama tuh cewek. Tapi gue juga sedih kalau dia hilang kaya gini. Bisa gue bayangin gimana takutnya dia saat ini," jawab menghela nafas lalu menunduk lesu.
"Iya sih," jawab Ikhsan yang ikut prihatin."Tapi gue heran sama reaksi Panji tadi deh." Tiga orang itu langsung menoleh menatap Ikhsan karna baru mengingat tentang apa yang dikatakan oleh cowok itu tadi. Mereka pun sama herannya melihat reaksi Panji yang seperti pacar atau suami Caera saja saat mengetahui tentang kabar hilangnya Caera. Arik saja yang berstatus sebagai tunangan gadis malah sebaliknya.
"Lo lihat Arik!" Tunjuk Riski dengan nada kesal kearah Arik yang saat ini hanya santai memainkan gitarnya."Itu orang atau Dajjal sih?" Tanyanya geram.
Disisi lain Panji yang sudah berhasil menemukan Caera setelah hampir enam jam mencari gadis itu dengan berlari menerjang gelapnya hutan. Pencarian cowok itu ahkirnya membuahkan hasil. Kini ia sedang menggendong Caera karna kaki gadis itu sedang sakit.
"Lo gak capek?" Tanya Caera merasa bersalah karna hampir lima belas menit Panji menggendongnya.
"Hmm?" Tanya Panji yang tidak mendengar suara Caera yang terlalu kecil saat berbicara dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYNAR ( Selesai )
Teen Fiction( FOLLOW SEBELUM MEMBACA ) JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMENYA. Tentang Raynar ketua geng Knights. Cowok anti penolakan. Apapun bisa ia dapatkan terutama para gadis gadis. Hanya karna ia tampan dan kaya. Temperamental adalah sikap buruk yang tidak pe...