5 : 5

25K 2K 212
                                    

Plak!

Wajah Cadenza terlempar ke samping setelah menerima sambutan pulang berupa tamparan keras dari Caera. Padahal ia belum masuk masuk sempura kedalam rumah. Masih menginjakkan kaki percis di pintu tapi ia sudah mendapatkan hal ini dari kakaknya.

"Dasar murahan lo!" Desis Caera menggebu gebu. Air mata  gadis itu tidak dapat lagi ia tahan setelah mendengar berita mengejutkan dari para sahabatnya, tentang adik yang hari ini selalu bersama dengan Arik bahkan mereka dengan tidak tau malunya menunjukkan kemesraan mereka didepan umum. Sialnya hari ini Caera tidak bisa bersekolah dikarenakan sakit. Kalau saja ia bersekolah maka kejadian ini akan di pertunjukan di sekolah.

"Gue capek dan mau istirahat. Jangan ganggu gue!" Tegas Cadenza mengalihkan pembicaraan. Gadis itu pun melangkah pergi namun langkahnya terhenti disaat Caera mendorongnya hingga punggung Cade membentur pintu.

"Mau kemana lo, jalang!" Sentak Caera.

Cadenza terbatuk seraya meringis merasakan sakitnya punggungnya yang terasa amat sakit karena dorongan itu. Ia menutup mata lalu menghela nafas panjang."Gue gak mau ribut sama lo! Udah cukup!"

"Nggak mau ribut lo bilang? Tapi lo yang mulai keributan itu!" Caera menarik kasar rambut Cadenza."Lo kenapa ginian gue, Za? Lo bilang gak cinta sama Arik! Tapi apa yang gue dengerin hari ini!" Murka Caera seraya menambah kekuatan jambakanya.

Cadenza lagi lagi hanya bisa diam seraya meringis. Ia tadi sempat berfikir untuk melawan tapi saat melihat kearah perut kakaknya ia mengurungkan niatnya."Lepasin gue, Ra, Gue gak mau berantem sama lo!" Pinta Cadenza dengan wajah memohon.

Caera kalut bahkan sangking kalutnya ia tidak mengindahkan tatapan dan permohonan sang adik. Ia sampai mendorong tubuh Cadenza lagi hingga saat ini posisi mereka tertidur diatas lantai dengan Cadenza yang berada di bawah Caera dan Caera menduduki perut Cadenza seraya memukul-mukul adiknya itu dengan membabi buta.

"Lo jahat sama gue! Mulai sekarang lo bukan adik gue lagi! Gue gak punya adik yang murahan kaya lo, ANJING!" teriak Caera seraya menangis."Gue cinta sama, Arik. Kita punya sesuatu yang ngebuat cinta kita bakalan kokoh sampai kapanpun, tapi lo, jalang! Malah ngerusak semuanya!"

"CAERA, UDAH CUKUP!" teriak Cadenza yang pasrah menerima pukulan sambil memeluk perut sang kakak untuk melindungi sesuatu didalam sana."BUNDA! TOLONGIN!"

"ASTAGFIRULLAH! KALIAN INI APA APAAN!" teriak Liza syok seraya menuruni satu persatu anak tangga. Melihat kedua anaknya yang bertengkar seperti itu membuatnya hampir gila.

Dengan sekali tarikan Caera berhasil menjauhi tubuh Cadenza."KAMU APAIN ADEK KAMU, CAERA?"

"LEPASIN AKU BUNDA!" Caera meronta ronta sambil berteriak menatap marah sang adik yang masih terlentang di atas lantai.

Dengan wajah meringis Cadenza perlahan bangkit lalu menatap kakaknya dengan tatapan tengil."Kakak gila nih bunda! Masa Enza, baru pulang udah ditabok!"

Melihat dan mendengar hal itu makin membuat Caera emosi."Anjing! Jangan panggil gue kakak! Lo bukan adek gue lagi! LEPASIN AKU BUNDA!!" Ia kembali meronta dan dengan cepat Liza menahan sekuat tenaga putri sulungnya itu.

"Caera udah diam!" Sentak Liza. Lalu beralih kearah putri bungsunya."Kalian kenapa, ada masalah?"

Cadenza mengedikkan bahunya acuh."Enza, nggak tahu bunda." Setelah itu ia berlalu pergi ingin menuju kamarnya.

"ENZA! SINI LO!" teriak Caera penuh dengan nada murka.

Cadenza yang sudah berdiri diatas tangga pun membalikkan tubuhnya menatap kakaknya."Nggak ah! Lo nyremin! Malas gue kesana! LARIII!" Teriaknya lalu berlari menuju kedalam kamar.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang