5 : 4

24K 1.9K 209
                                    

Arik kaget saat melihat kedatangan Cadenza yang berlari membawa balok kayu kearahnya. Cowok itu tersenyum miring lalu mengelak sehingga balok itu tidak menghantam wajahnya.

"Mau ngapain, hmm?" Arik menahan balok itu dengan kedua tangannya lalu merebutnya dari genggaman Cadenza kemudian melempar kayu itu kesembarangan arah.

Nafas Cadenza menderu seraya menatap sengit kearah Arik."Lo apain kakak gue, Arik!" Geram Cadenza.

Arik kaget mendengar hal itu. Berarti Cadenza telah mendengar pembicaraannya dan Caera dari awal."Kamu denger?" Tanya Arik dengan wajah bersalah.

Cadenza bertambah geram dibuatnya lalu gadis itu memukul-mukul tubuh Arik dengan membabi buta."Lo hamilin, Caera! Lo bejat tau gak. Lo hancurin hidup kakak gue!" Ujarnya menggebu gebu.

Arik dengan cepat menahan kedua tangan Cadenza lalu mendorong gadis itu hingga mereka berdua terjatuh diatas tumpukan kardus dengan Arik yang sedikit mendidih tubuh mungil Cadenza.

"Maaf, maafin aku. Aku udah kecewain kamu!" Ujar Arik dengan penuh penyesalan. Ia menahan kedua tangan Cadenza dikedua sisi kiri dan kanan gadis itu."Tapi kamu gak usah sedih, aku gak akan pernah nikahin kakak kamu. Karna aku dah kamu bakalan nikah."

Bugh!

"LO UDAH GILA, SINTING LO TAU GAK!" teriak Cadenza setelah memajukan wajahnya dengan gerakan kasar berhasil memukul dagu Arik hingga cowok itu terdorong kebelakang. Tidak sia sia ajaran Raina yang sudah ia kuasai.

"Akhhhh, Enza!" Ringisan Arik memegangi dagunya yang terasa sangatlah sakit. Ia berlahan bangkit untuk berdiri bersama Cadenza yang sudah dari tadi berdiri seraya menangis menatap dirinya dengan tatapan penuh kebencian.

"Lo harus tanggung jawab! Nikahin kakak gue!" Cadenza menyerkah air matanya. melihat bagaimana sikap Arik sekarang pasti kakaknya itu sangatlah tersiksa. Apalagi saat mendengar bahwa Arik telah memaksa Caera sehingga kejadian ini terjadi.

Arik menggeleng kuat dengan tatapan penuh sendu ia berjalan mendekati Cadenza tapi Cadenza malah mundur perlahan."Aku gak mau sayang. Aku maunya nikah sama kamu. Seperti yang udah kita rencanain dulu. Jangan minta hal itu sama aku, Enza!" Lirih Arik.

Cadenza berdecih."Lo harus tanggung jawab! Anak itu juga anak lo!"

"JANGAN PAKSA AKU, ENZA!" Bentak Arik dengan nafas yang menderu.

Cadenza terdiam setelah mendengar bentakan itu. Ia menggeleng lirih lalu mengingat Caera lagi. Kakaknya itu tidak boleh menderita karna dirinya. Itu tidak boleh terjadi. Dengan membuang semua rasa malu dan egonya atau harga dirinya, Cadenza perlahan bersujud didepan Arik.

"Gue mohon, pikirin nasib kakak gue. Dia bisa hancur, Rik. Masa depannya masih panjang. Lo marah  sama gue kan karna gue nolak lo. Lo boleh apain gue sekarang! Asal lo tanggung jawab atas bayi itu." Cadenza menangis meraih kedua tangan Arik lalu menggenggamnya erat.

"Jangan gini, sayang. Aku gak suka!" Arik mencoba menarik tubuh Cadenza agar berdiri. Namun gadis itu tetap kokoh pada posisinya.

"Gue mohon, Rik. Gue bakal lakuin apapun. Asal lo tanggung jawab." Cadenza menunduk seraya menangis pilu. Demi kakaknya dan keluarganya ia rela melakukan hal ini.

Arik yang awalnya sedih pun berubah saat mendengar perkataan Cadenza barusan. Ia perlahan mengeluarkan seringainya lalu melihat kearah pintu gudang yang masih tertutup. Apapun!

Arik perlahan ikut bersujud bersama Cadenza."Apapun?" Tanya Arik memastikan. Dan Cadenza menyerkah air matanya seraya mengangguk.

"Kalau gitu!" Arik memajukan wajahnya mendekati telinga Cadenza."Jadi milik aku lagi!"

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang