2 : 5

37.6K 3.3K 139
                                    

Raynar tersenyum lebar saat melihat punggung seseorang yang amat ia kenal, itu Cadenza. Cowok itu melirik kearah belakang pada teman temannya yang berjalan amat lama sekali. Harusnya bukan mereka ia salahkan tapi rasa rindu yang amat besar kepada Cadenza membuat langkah cowok itu menjadikan amat cepat.

Saat Raynar berdiri tepat dibelakang Cadenza, ia langsung saja memeluk lehernya dari belakang. Raynar bisa merasakan gadis itu badannya tersentak kaget. Hal itu berhasil membuatnya terkekeh geli.

"Kaget, hmm?" Tanya Raynar berbisik tepat disamping telinga Cadenza.

"Astaga." Cadenza memejamkan matanya memukul tangan cowok itu pelan."Kak Raynar! Gue kira siapa," lanjutnya berusaha melepaskan pelukan cowok itu.

"Nggak mau," protes Raynar manja saat merasakan tangannya dilepaskan dari leher gadis itu."Bentar, Za. Masih kangen." Raynar mencium rambut samping Cadenza.

Cadenza berdecak kesal."Kangen ya kangen! Tapi nggak enak dilihat sama yang lain posisi kita ini." Cadenza dengan segala usaha berhasil juga melepaskan diri.

Raynar menampilkan wajah merajuknya, cowok itu tidak menatap Cadenza saat gadis itu menatapnya. Ia memilih menoleh kearah lain, ingin menunjukkan pada gadis itu bahwa ia dalam mode ngambek, minta dibujuk.

"Untung aja nggak ada guru yang lihat," gumam Cadenza mengusap dadanya sambil melirik ke segala penjuru. Takut dengan posisinya tadi dengan Raynar bisa membuat uang jajannya dipotong bundanya lagi karena membuat masalah baru lagi disekolah.

"Za," panggil Raynar dan Cadenza menoleh kearahnya."Gue lagi marah, Za!" Ujarnya memberitahu.

"Marah kenapa?" Tanya Cadenza menggaruk pipinya yang tidak gatal. Gadis yang memeluk biolanya itu menatap bingung Raynar.

"Gue ngambek, Za," ketus Raynar.

Cadenza menghela nafas kasarnya."Ngambek Kenapa, marah kenapa?" Tanya mendengus.

"Tau ah!" Raynar berlalu pergi dengan bergumam yang bisa didengar oleh Cadenza."Dasar Cewe nggak peka!"

Raynar berjalan dengan mengeram dalam hati. Padahal ia hanya memeluk tidak berbuat lebih tapi mengapa gadis itu malah menolak itu. Dan lagi, padahal ia sedang merajuk minta di bujuk, tapi bukanya dibujuk malah dibuat tambah kesal dirinya. Dasar cewe sama aja!

Raynar membuang muka saat melihat Cadenza dan para sahabatnya menghampiri dirinya yang sedang duduk sambil meminum segelas jus dikantin.

Cadenza mendaratkan bokongnya diatas kursi tepat disamping Raynar, diikuti oleh yang lain. Gadis itu meletakan biolanya diatas meja lalu melirik ke arah Raynar.

"Abis berantem sama siapa?" Tanya Cadenza meraih dagu Raynar mengarahkan pandangan cowok itu untuk melihatnya.

"Nggak berantem," jawab Raynar heran.

"Jadi marah sama siapa, kalau nggak berantem?" Tanya Cadenza kemudian melirik kearah teman teman Raynar.

"Dia emang nggak berantem, Za," jawab Dimas fakta.

"Marah kenapa lo?" Tanya Riski ke Raynar."Abis berantem sama pacar gue, lo, Nar?"

"Pacar?" Beo Ikhsan."Siapa pacar lo, Ki?" Ikhsan menatap serius Riski.

"Nih," tunjuk Riski enteng ke Cadenza. Hal itu berhasil membuat dirinya mendapatkan hadiah sebuah sedotan yang melayang tepat ke wajahnya dan pelakunya tentu saja Raynar.

"Jangan sampai gue HABISIN LO SAMPAI KE TULANG TULANG!" murka Raynar. Cowok itu langsung menggegam tangan Cadenza didepan semua sahabatnya.

"Cari penyakit sih lo!" Ujar Raina tampak prihatin dengan keadaan Riski.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang