5 : 7

26.8K 2.2K 202
                                    

"Saya yang ngehamilin, Caera, Om." Panji berjalan perlahan mendekati Dirga. Saat telah berdiri dihadapan pria itu, Panji bersujud didepannya.

"Maaf, saya--"

Bugh!

"BAJINGAN!" teriak Dirga memukul wajah Panji hingga cowok itu terhempas kelantai. Tidak sampai disana Dirga kembali memukul Panji dengan membabi buta."BRENGSEK! KAMU HARUS MATI DITANGAN SAYA HARI INI! BERANI-BERANINYA KAMU MENGHAMILI ANAK SAYA!" teriaknya yang terus memukuli Panji tanpa henti.

"MAS, CUKUP! MAS!" Liza berteriak histeris seraya berusaha menahan tubuh suaminya itu. Tapi emosi Dirga yang sudah berapi api sangatlah sulit dihentikan."Panji bisa mati, mas!

Cadenza juga tidak tinggal diam dia yang berhasil menarik Panji menjauh setelah dokter dan dua perawat pria berhasil menahan Dirga. Cadenza dengan cepat menarik tangan Panji untuk mengikutinya.

"Lepasin gue, Za!" Sentak Panji terbatuk-batuk dan nafas yang tidak karuan serta wajah yang saat ini sudah babak belur."Lo mau bawa gue kemana?"

Cadenza sama sekali tidak menghiraukan ucapan Panji. Gadis itu membawa Panji keatas rooftop rumah sakit. Rasa penasaran sangat ia rasakan saat ini. Kenapa Panji mengakui itu kesalahan yang bukan ia perbuat. Dan kenapa Panji bisa tiba-tiba hadir saat ini setelah dua hari menghilang.

Cadenza menghentak tangan Panji setelah mereka tiba di atas rooftop. Ia menatap Panji dengan tatapan yang suli diartikan.

"Kenapa?"

Panji hanya bisa diam, dia tahu dan mengerti maksud dari pernyataan singkat Cadenza untuknya. Ia lebih fokus dengan rasa nyeri diwajahnya. Dada cowok itu juga terasa nyeri akibat pukulan yang dilayangkan Dirga tadi.

"GUE TANYA KENAPA LO LAKUIN HAL INI PANJI!" teriak Cadenza menggebu gebu. Nafas gadis itu kembang kempis.

"Karna gue mau," Jawab Panji dengan santainya."Gak cuma lo yang bisa berkorban. Gue juga bisa, Za!" Lanjutnya menatap Cadenza dengan tatapan sayu.

"Gue lakuin itu karena kakak gue! Dan lo gak boleh ngakuin kesalahan yang gak lo perbuat!" Balas Cadenza.

"Terus gue harus apa hah?" Panji terkekeh sinis."Gue harus diam aja ngeliat adek gue dan orang yang gue cinta di bodohin sama cowok brengsek itu! gitu, Za?" Geramnya.

Cadenza menggeleng kuat."Lo bisa aja di cap sebagai cowok bajingan. Lo bakal dibenci semua orang dan gue gak mau hal itu terjadi sama lo! Biarin gue aja yang selesai masalah ini!" Ujarnya dengan tatapan memohon.

Panji tersenyum lalu mengelus puncak kepala Cadenza."Adek gue khawatir sama gue ternyata? Tapi tenang aja. Gue rela dibenci sama semua orang asal jangan orang yang gue cinta, Za."

"Tapi gue gak mau lo ikut campur. Kehidupan lo masih panjang, Ji! Lo juga nggak ngerti sama masalah yang kakak gue hadapin," bujuk Cadenza.

Mungkin menurut Panji Masalah ini memang tidak serumit yang ia kira. Tapi kalau Panji ikut ambil bagian dalam masalah ini, itu sama saja membiarkan Arik bebas begitu saja. Satu hal yang ditakuti oleh Cadenza adalah apalah Caera mau menikah dengan orang yang bukan ayah dari anak yang ia kandung.

"Gue emang gak tahu dan gak peduli sama masalah dan penolakan lo yang gak masuk akal ini! Tapi satu hal yang lo harus tahu. Gue senang karna akhirnya gue bakalan bersatu sama, Caera. Ini penantian yang gue tunggu-tunggu hampir sepuluh tahun ini." Ujar Panji dengan penuh keyakinan. ia menatap Cadenza dengan tatapan penuh keseriusan.

"Dan lo bakalan nikah sama kakak gue?" Tanya Cadenza yang mulai mengerti ucapan dan tindakan yang Panji lalukan saat ini.

Panji mengangguk seraya tersenyum manis lalu meraih kedua tangan Cadenza kemudian ia genggam."Gue bakal nikahin kakak lo secepatnya. Setelah itu gue dan dia bakal menata kehidupan yang gue pastiin gak akan pernah diharapin oleh dia." Tegas Panji lalu menarik Cadenza kedalam pelukannya.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang