2 : 3

38.8K 3K 148
                                    

"Aku memang pencinta wanita namun ku bukan buaya yang setia pada seribu gadis, ku hanya mencintai, Enza."

Raynar menghadiahi pelototan tajam kepada Ikhsan setelah cowok itu dengan santainya menyanyikan lagu yang membawa bawa nama Cadenza. Hal itu berhasil mengundang gelak tawa yang lainya.

"Canda, Nar, canda, hihihihi." Ikhsan meringis pelan mengusap tengkuknya sambil cengengesan. Jujur, tatapan yang ditunjukkan Raynar itu benar-benar menyeramkan.

"Gue kalau, Raynar, ngamuk nggak akan nahan dia kalau misalkan dia nyerang lo," ujar Dimas menakuti Ikhsan. Tatapan tajam Raynar belum juga ia hilangkan.

"Gue juga." Riski mengangkat kedua tangannya."Malahan gue bantuin lo, Nar."

Ikhsan semakin takut saja, cowok itu mencengkram kuat stang motornya. Padahal ia sudah berusaha membuang muka kearah lain, tapi tatapan tajam Raynar masih bisa ia lihat dan rasakan aura jahatnya.

Tidak lagi cengengesan, cowok itu menampilkan wajah serius."Bercanda, bos. Nggak lagi-lagi deh." Ikhsan mengangkat dua jarinya menunjukkan wajah seimut mungkin.

"Hmm," jawab Raynar masih menatap tajam sahabatnya itu. Kemudian ia beralih kearah pagar. Cowok itu dan sahabat sahabatnya sedang berada diparkiran sekolah, menunggu kedatangan seorang yang Raynar nantikan. Atau bisa disebut Raynar rindukan. Padahal semalam Raynar memaksa gadis itu untuk video call sepanjang malam dengannya. Hal itu membuat Raynar bisa memperhatikan wajah gadis sepanjang malamnya, bahkan saat gadis itu tertidur Raynar enggan mematikan sambungan video call itu.

"Biasa aja," Raynar menoleh kearah Raina."Kelihatan banget lo kangen banget sama tuh orang, bucin akut lo!" Cibir Raina.

Raynar sama sekali tidak memperdulikannya. Cowok itu kembali melihat kearah pagar. Tidak lama senyuman manis menghiasai wajah tampan cowok itu saat melihat mobil Caera memasuki perkarangan sekolah.

"Datang juga Bu bos kita," ujar Ikhsan diiringi kekehan geli saat melihat wajah bodoh Raynar.

"Belum," protes Riski."Masih tahap perjuangan," koreksinya.

Raynar tanpa mau berlama-lama melangkah menghampiri Cadenza yang baru saja keluar dari dalam mobil bersama Caera. Tapi langkahnya terhenti saat melihat bukan hanya kedua gadis itu saja, tapi dua pria yang ia sangat kenal juga keluar dari dalam mobil itu.

"Heh..... Kok mereka bareng tuh dua kacung sekolah?" Riski dan yang lainya juga ikutan bingung. Mereka memutuskan untuk mengejar Raynar yang sepertinya marah menghampiri Cadenza.

"Makasih tumpangannya, untung ada lo berdua, kalau nggak bisa telat kita," ujar Julian kepada Caera tapi mata dan senyuman cowok itu ia tunjukan ke Cadenza.

"Iya, sesama teman harus membantu," jawab Caera lalu gadis itu menghampiri Arik menggandeng tangan cowok itu. "Apalagi kalau pacar." Caera tersenyum manis.

Cadenza yang melihat itu hanya tersenyum remeh, gadis itu mencibir ucapan kakaknya."Ipiligi kili simi picir!" Gadis itu menatap tengil kedua sejoli itu "ALAY!"

"Kenapa, lo pengen?" Julian yang entah kapan sudah berada disamping Cadenza. Cowok itu merangkul mesra pundak Cadenza.

Cadenza menatap jijik sepasang sejoli itu."Idih najis!" Jawabnya, kemudian menurunkan kasar tangan yang bertengger dipundaknya. Sangat tidak sopan sekali, baru kenal udah rangkul rangkul.

"ENZA, KESINI LO NGGAK!" Teriak Caera kepada Cadenza yang tidak mempedulikannya.

Cadenza berjalan santai, tanpa membalikkan tubuhnya gadis itu mengacungkan jempolnya kepada kakaknya. Hal itu membuat Caera dan Arik murka dan Julian malah tertawa melihatnya.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang