2 : 9

33K 2.9K 95
                                    

Spam komennya dong. Karna dengan itu aku jadi semangat nulis dan rajin update tiap harinya.....

Oh iya dan jangan lupa vote juga.......

"Udahlah pak, udah mau istirahat ini. Kapan main mainnya kami?" Lia mendesah kesal.

"Bukan mau lagi!" Koreksi Cadenza."Tapi lima menit lagi istirahat!" Lanjutannya melihat kesal pak Rony guru olahraga mereka yang sedari tadi hanya asik menonton pada murid laki-laki bermain bola kaki.

"Enakan dikelas, bisa ber AC, AC kita," Sahut Rani menyandarkan kepalanya di bahu Cadenza.

"Kalau disuruh milih gue lebih pilih dikelas! Dari pada disini. Udah panas nggak ngapa-ngapain!" Jawab Cadenza kesal. Gadis itu berdiri lalu jungkir balik membuat semua temannya tertawa ngakak.

"Lo ada masalah hidup apa, Za?" Tanya Lia sambil terkekeh geli.

Cadenza menghela nafasnya lalu kembali duduk diatas rumput rumput lapangan lagi."Gabut gue!" Jawabnya diiringi oleh decak kesal.

"Gabut kenapa?" Tanya Rani kepo. Gadis itu tengkurap didepan Cadenza. Tanganya ia jadikan sebagai penopang di wajah.

Cadenza menggeleng lirih. Gadis itu menoleh kearah Lia yang baru saja pergi entah kemana."Lia, kemana tuh?" Tunjuk Cadenza

"Nggak tahu," jawab Rani tanpa melihat arah tunjuk Cadenza."Itu nggak penting! Ada masalah apa lo?" Tanya Rani masih saja kepo, padahal Cadenza sudah mengalihkan pembicaraan.

"Kepo lo!" Cibir Cadenza. Tangan gadis itu bergerak memperbaiki sapu tangan yang ia ikat dilehernya. Guna menutupi bekas ciuman yang diperbuat Raynar tadi.

"Itu gaya dari mana lagi." Rani menunjuk sapu tangan dileher Cadenza."Sapu tangan itu buat ngelap keringat atau apa gitu, bukan buat dililit dileher. Emang lo pikir itu sorban.

Cadenza menepuk kening Rani."Sorban dikepala bego!"

"Eh, iya. Hihihi," jawab Rani menggerutu kebodohannya sambil terkekeh.

Cadenza memutar bola matanya malas. Gadis itu mengulum bibir sendiri menatap sekitar lapangan bola kaki yang amat luas ini. Cukup bangga karena pemilik lapangan berserta sekolah ini adalah milik korban gostingnya.

"Tapi, Za." Cadenza menoleh. Melihat mata Rani menyipitkan menatap penuh curiga dirinya."Jangan Jangan yang lo tutupin itu........... Bekas cupang yah?"

Lagi lagi tangan Cadenza melayang di dahi Rani."Sembarangan lo! Cupang apaan lagi? Lo pikir gue kolam ada bekas cupang berenang!" Cadenza menggelengkan pelan kepalanya. Kesal sekaligus tidak mengerti maksud perkataan sahabatnya itu.

"Dih sok polos lo!" Cibir Rani memperbaiki posisinya untuk duduk berhadapan dengan Cadenza"Cupang kagak tau lo?" Tanya Rani penasaran. Wajah gadis itu mendekat.

"Cupang apa nih?" Tanya Jamal yang baru datang duduk disamping kedua gadis itu.

"Ini." Rani menunjuk wajah Cadenza mengunakan jari tengahnya. Hasil didikan Cadenza tengil. Wajah Rani menatap serius Jamal."Kagak tau apa itu cupang! Kan sok polos! Najis!"

"Apaan sih lo!" Sentak Cadenza menepuk jari tengah Rani."Emang gue kagak tau apa itu cupang!" Sungutnya kesal.

Jamal dan Rani serentak berdecih mendengarnya. Kedua orang itu menatap Cadenza dengan wajah menyebalkan.

"Sok polos, tapi 1821 udah lo terobos!" Sindir Jamal yang makin tidak dimengerti oleh Cadenza.

"Lo punya sosmed?" Tanya Rani dan Cadenza mengangguk mantap."Suka buka tik tok, atau yang lain kaya you tube dan saudara seimannya?" Cadenza lagi-lagi mengangguk.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang