2 : 7

31.8K 2.8K 86
                                    

"Arik gue cinta sama lo."

Satu kalimat berhasil membuat Raynar tersadar akan satu hal tapi cowok itu tidak mau mengakuinya. Dia berusaha untuk tidak memikirkan kalimat itu atau pura pura tidak mendengar seseorang yang amat ia cintai telah melontarkan kalimat itu.

Tangan Raynar terkepal erat berjalan dengan terburu-buru. Menghiraukan teriakan panggilan dari Cadenza yang sedari tadi mengejarnya. Ia butuh waktu dan kesendirian saat ini. Emosinya sudah memuncak. Ia tidak mau sampai lepas kontrol dan menyakiti Cadenza.

"Kak Raynar, dengerin gue dulu," ujar Cadenza setelah berhasil meraih tangan Raynar menarik tangan cowok itu agar menatap dirinya.

"Gue butuh sendiri, jangan ganggu gue dulu oke." Raynar dengan suara lembut mengelus rambut Cadenza kemudian melepaskan tangannya dari Cadenza. Tapi sialnya gadis itu kembali berhasil mencekal tangannya.

"Dengerin gue dulu, kak," ujar Cadenza dengan wajah memelas."Sebentar aja, yah?"

Raynar menggeleng kuat, mata cowok itu berubah merah. Entah tengah menahan tangis atau amarah.

"Gue mohon kak" Cadenza menggegam erat kedua tangan Raynar."Gue mohon hiksss" Isak tangis Cadenza pecah seketika. Ia sangat merasa bersalah saat ini. Tapi disisi lain hatinya juga terluka.

Melihat Cadenza menangis membuat hati Raynar makin terasa diliris iris. Tangisan Cadenza membuat dirinya lemah seketika. Kenapa hari bahagia yang ia jalani dua Minggu ini harus kandas disaat ini, seperti ini.

Raynar menyerkah air mata di pipi Cadenza."Jangan nangis, gue gak suka lihatnya," lirih Raynar. Walaupun begitu rasa kecewa dan marah masih terasa dihatinya.

"Tadi itu gue----"

"Ssstss." Raynar menutup matanya menggeleng lirih sambil menempelkan telunjuknya di bibir Cadenza. Cowok itu perlahan membuka mata menatap serius penuh kecewa mata gadis didepannya. "Sebelum lo ngomong, gue mau nanya satu hal."

"Kak!"

"Apa lo mencintai gue?" Tanya Raynar. Cadenza hanya diam diiringi Isak tangisnya. Hal itu membuat Raynar makin hancur karena dari ekspresi yang Raynar lihat di wajah gadis itu mengatakan, Tidak.

"Apa ada rasa sedikit cinta buat gue. Sedikit, Za." Air mata Raynar mulai jatuh."Sedikit aja, Za. Nggak banyak gue minta?"

Lagi lagi Cadenza hanya diam, lidahnya kelu untuk mengatakan sesuatu. Rasa cinta memanglah belum Cadenza rasakan untuk Raynar. Tapi rasa nyaman sedikit demi sedikit sudah terasa. Tapi saat mengingat nama dan kenangan Arik bersamanya rasa nyaman itu perlahan hilang.

"Gue cuma pelampiasan buat lo? Jawab, ENZA JAWAB!" Nafas Raynar kembang kempis. Mata makin memerah, emosi yang ia tahan dari tadi akhirnya keluar tapi belum sepenuhnya. Air mata cowok itu kembali turun saat melihat wajah takut Cadenza dan tangan gadis itu ia rasakan bergetar.

"Maaf." Satu kata yang Cadenza bisa katakan untuk saat ini. Mungkin benar yang dikatakan Raynar tadi. Cowok itu hanya sebatas pelampiasan saja buatnya.

"Maaf lo bilang?" Raynar menyentakkan kasar tangan Cadenza."Lo udah buat gue kaya orang gila tiap malam karna lo udah buat gue berharap lebih sama lo! Dan dengan gampangnya lo bilang maaf. Gue ini manusia, punya perasaan, Za!"

"Maaf, kak," lirih Cadenza menunduk kepalanya.

"Jangan minta maaf lagi! Apa perasaan gue nggak ada artinya buat lo? Jadi lo bisa seenaknya mainin perasaan gue, Za!" Raynar membalikan badannya enggan melihat gadis yang telah melukai perasaannya itu. Enggan melihat gadis yang ia cintai menangis karna dirinya.

Cadenza menghapus air matanya menguatkan diri untuk berhadapan lagi dengan Raynar. Masalah ini harus ia jelaskan, agar tidak ada hati yang terluka disini.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang