2 : 0

40.7K 3.2K 45
                                    

Cadenza menghela nafas leganya, gadis itu baru saja berhasil lolos dari cowok yang amat kepo bagi dirinya. Julian, teman Caera. Tadi saat sore cowok itu berkunjung kerumahnya, bukan hanya berkunjung ia malah meminta izin kepada Liza untuk membawa Cadenza jalan jalan bersamanya. Gadis itu kita bundanya tidak akan mengizinkan, bagaimanpun anak gadisnya diajak oleh pria untuk keluar malam. Tapi Cadenza salah, malah bundanya dengan semangat mengizinkan.

"Gila! Bukan cowok tuh orang pasti." Cadenza menormalkan nafasnya sembari berkacak pinggang ditepi jalan."Baru kenal udah nanya banyak tentang hidup gue," lanjutnya mengingat momen tidak mengenakan yang dialami barusan.

"Nggak ada yang lebih baik dari ayah," ujar Cadenza tersenyum menutup mata mengingat kenangan bersama ayahnya."Kalau ayah, memang banyak ngomong tapi seru, dia lucu kalau lagi cerita."

Senyuman Cadenza seketika luntur, matanya ia buka kemudian ia terkekeh geli."Bukan kaya, kak Julian, kepo amat," ujarnya seraya berdecak heran.

Cadenza memang terbilang asik orangnya, pada siapapun ia akan ramah. Bercerita atau bertukar cerita ia juga sering melakukannya. Tapi ia paling pantang kalau ditanya masalah yang tidak seharusnya dibahas antara teman. Apalagi Julian juga baru ia kenal, tapi cowok itu sudah bertanya banyak hal tentang masa lalu dan kehidupannya saat ini, sudah seperti wartawan saja.

"Siapa yah?" Tanya Cadenza pada dirinya sendiri saat sebuah mobil berhenti disampingnya."Jangan jangan........ Penculik?" Cadenza mendelik bersiap ingin kabur. Cade yang takut dan cemas, bagiamana tidak Ini sudah malam hampir jam sembilan, dan keadaan sudah hampir sepi. Bisa saja  ia benar ingin diculik dan tidak ada yang menolongnya.

Saat ingin kabur, seseorang dari dalam mobil keluar. Disaat itu juga gadis itu mendesah lega, karna orang itu adalah Raynar.

"Masuk!" Titah Raynar.

Cadenza menurut ia langsung segera masuk kedalam mobil, tapi saat membuka pintu didepan ia sedikit terkejut saat menempati Raina duduk disana.

"Dibelakang!" Ketus Raina.

Cadenza terkekeh malu, gadis itu menggaruk pipinya yang tidak gatal. Kemudian membuka pintu belakang dan masuk. Saat duduk gadis itu juga kaget karna disampingnya terdapat Dimas yang duduk disana.

"Ngapain lo malam malam masih keluyuran?" Tanya Raynar mulai menjalankan mobilnya.

"Bukan keluyuran, tapi di abis jalan jalan," jawab Cadenza menggosok tengkuk belakangnya. Agak horor saat satu mobil dengan Raynar dan dua orang menakutkan ini.

"Sama siapa?" Tanya Raynar agak kesal.

"Kepo lo!" Sindir Raina.

"Diam!" Balas Raynar melirik sekilas Raina."Gue nggak nanya lo!"

"Sama siapa?" Tanya Raynar ulang dengan suara geram.

"Sama siapapun, bukan urusan lo juga, Nar!" Sahut Dimas.

"Sama siapa?" Geram Raynar tidak memperdulikan perkataan Dimas.

Cadenza mengigit bibir bawahnya ragu ragu berucap."Kak Julian." Entah kenapa perasaan khawatir menghampiri Cadenza disaat gadis itu melihat wajah merah Raynar yang sepertinya tengah marah besar karna ucapnya tadi.

"Berhenti, kak," ujar Cadenza mencoba mengalihkan.

Raynar yang masih kesal, tapi tetap menuruti kemauan gadis itu."Kenapa berhenti?" Tanya Raina kesal.

"Gue laper," jawab Cadenza. "Gue mau makan disana," tunjuk gadis itu pada gerobak nasi goreng yang terletak dipinggir jalan.

Raina sekilas melirik apa yang ditunjuk Cadenza itu lalu berdalih menatap lurus kedepan."Yaudah keluar lo!" Ketus Raina.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang