6 : 0

44.1K 2.8K 317
                                    

Pintu ambulance terbuka dan keluarlah dua tubuh manusia yang terbaring di atas brankar rumah sakit. Dua tubuh yang saling bergandengan tangan itu langsung disambut dua orang tua Cadenza dan Raynar.

Liza terdiam kaku saat itu juga saat melihat wajah putrinya yang pucat itu. Begitupun Dania yang menangis histeris diperlukan Riko saat melihat Raynar yang terbaring tanpa nafas itu.

"Masih hangat," ujar Liza menyentuh kulit tangan Cadenza yang ia rasa masih panas itu."Berarti..... Suster anak saya cuma pingsan ayo periksa dia! rawat di dokter!" Ujar Liza memohon pada suster yang berdiri disamping Cadenza.

"Caera, juga ngerasain bunda. Badan adek masih hangat, dia masih hidup bunda!" Sahut Caera berjalan mendekati bundanya.

Caera memang tidak bohong mengatakan hal itu. Saat hampir setengah jam di ambulance ia terus menggenggam tangan kiri adiknya yang memang terasa masih panas. Ia juga sempat menyentuh lengan kiri Raynar yang juga masih terasa hangat. Tidak seperti tubuh yang sudah menjadi mayat yang menjadi dingin.

"Iya, tubuh Raynar juga!" Seru Raina setelah menyentuh dahi Raynar karna penasaran dengan apa yang di katakan oleh Caera tentang Cadenza.

Mendengar perkataan dua gadis itu membuat yang lain langsung penasaran dan buru-buru mengecek itu. Mereka langsung kaget saat yang dikatakan oleh kedua gadis itu adalah benar. Mereka masih bisa merasakan hangat tubuh kedua orang itu.

"Anak mami, bangun kamu mau ninggalin mami? Bangun sayang. Mami janji gak akan kerja lagi seperti yang kamu minta. Mami bakal ada selalu buat kamu, tapi kamu harus bangun...... Hikss!" Isak tangis Dania yang ingin menarik tangan Raynar yang menggegam erat tangan Cadenza tapi ia langsung menggeleng saat melihat dua jari jemari itu bergerak perlahan.

Dania ingin memberitahu semua orang tapi tiba-tiba saja seorang pria langsung datang dan memeluk erat tubuh Cadenza. Keenam remaja itu langsung kaget saat melihat pria itu yang tiba-tiba datang.

"Ayah..." Gumam Panji dan Caera bersamaan. Mata mereka membulat sempurna saat melihat kehadiran Kevandra berada ditengah-tengah mereka. Mereka juga syok karna kondisi Kevandra sangatlah terlihat sehat saat ini.

"Enza..." Kevandra tersenyum getir memeluk putrinya seraya mengelus rambut belakang Cadenza."Ayah udah datang. Bangun... Ayah mau dipeluk sama Enza. Bangun....." Kevandra memejamkan matanya berusaha menahan tangisnya.

"Enza, bangun nak. Ayah kamu datang.... Bangun bunda mohon..." Liza menggegam erat tangan kiri Cadenza. Dan seketika ia syok saat merasakan tangan itu bergerak. Ditambah lagi Kevandra yang merasakan nafas hangat di lehernya.

"Aza....." Semua orang langsung menoleh kearah Raynar yang tiba-tiba saja bergumam.

"Suster anak saya!" Seru Riko yang memberitahu. Suster dan dokter langsung cepat mengambil alih keadaan. Dua dokter yang langsung berlari menghampiri Cadenza dan Raynar. Suasana lorong rumah sakit langsung riuh.

"Bawa mereka!" Titah salah satu dokter. Empat suster itu langsung bergerak cepat mendorong dua brankar menuju ruang perawatan.

Dokter itu berbalik untuk menatap semua orang yang saat ini berharap-harap cemas."Kami akan berusaha sekuat tenaga untuk mereka yang masih diberi tuhan kesempatan hidup sekali lagi."

"Maksudnya dok? Anak saya?" Tanya Kevandra dengan keadaan tegang.

"Saya sendiri susah untuk menyebutkan hal ini tapi yang bisa saya katakan pada kalian semua..... Ini semua kehendak yang diatas. Kedua pasien sadar dari kematian singkat mereka!" Jawab dokter membuat semua orang yang awalnya diam membisu perlahan sadar.

"Mereka berdua.... Masih....?"

"Iya," dokter langsung menjawab pertanyaan yang sulit diucapkan oleh Riko.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang