4 : 7

30.9K 2.6K 307
                                    

Raynar melambaikan tangannya kepada Cadenza yang sedang duduk menunggunya di sebuah kursi didepan SMA Harapan. Bis kelas Raynar baru saja sampai setengah jam setelah bis kelas Cadenza sampai duluan. Rencana camping empat hari itu harus gagal karna insiden hilangnya Caera.

"ANARNYA AKU!" teriak Cadenza seraya berlari menuju Raynar yang hanya jalan santai dengan gaya coolnya.

Hup!

"Kangen," ujar Raynar manja dengan suara seraknya setelah berhasil menangkap Cadenza yang melompat ke pelukan cowok itu.

Cadenza tersenyum malu saat mendengar hal itu. Ia perlahan melepaskan pelukannya."Kangen juga... Kiw." Cadenza menunduk malu seraya terkekeh geli.

Raynar mengusap puncak kepala Cadenza lalu menurunkan sedikit tubuh dan kepalanya agar bisa melihat wajah Cadenza yang sudah memerah. Cowok itu meraih dagu Cadenza lalu mengarahkan pandangan gadis itu untuk menatapnya.

"Jangan malu gitu," tegur Raynar lalu menipiskan bibirnya."Nanti Aza tambah imut, terus Anar simpan den di lemari!"

"Ih! Kok disimpan di lemari sih!" Protes Cadenza setelah memukul pelan dada Raynar."Emang, Aza sempak apa!" Kesal Cadenza mengerucutkan bibirnya.

Mendengar hal itu membuat Raynar tertawa kecil lalu mencengkram lembut rahang Cadenza dengan kedua tangannya. Lalu ia menempelkan keningnya ke kening Cadenza."Ih, gemes!" Serunya.

Keromantisan sepasang sejoli itu membuat orang orang yang melihat itu merasa iri bagi yang julid. Yang senang bagi yang menyukai hubungan kedua orang itu dan tentu saja yang senang itu adalah para sahabat Raynar. Dan bagi yang julid yang pasti itu adalah Arik.

Arik yang kesal melihat kemesraan Cadenza dan Raynar pun refleks mencengkram erat tangan Caera yang ia  sedang genggam. Mata berkilat marah saat dan nafasnya mengeram.

"Akhhh! Sakit, Rik tangan aku!" Ringisan Caera yang tidak dipedulikan oleh Arik.

"Bacot!" Sentak Arik yang muak dengan gerakan tangan Caera yang minta dilepaskan."Lo lagi demam, sakit 'kan? Kalau iya, diam aja terus tenang! Jangan berisik! Ngerepotin aja lo!" Desisnya menatap tajam Caera lalu beralih lagi ke Cadenza.

"Kita mau kemana?" Tanya Caera saat tangannya ditarik paksa oleh Arik.

"Gue bilang diam yah diam! Berisik banget sih lo!" Sentak Arik kesal dengan tatapan dan arah jalan fokus ke Cadenza.

Caera yang mendengar itu hanya bisa diam. Menunggu alasan Arik membawa dirinya bukan ke arah mobil tapi kearah lain. Ia sempat menyangka bahwa ia akan ketempat para guru berada namun ia salah karna Arik memberhentikan langkahnya tepat didepan Raynar dan Cadenza yang sedang berpelukan.

"Kita pulang!" Sentak Arik tanpa basa-basi menarik tangan Cadenza hingga pelukan gadis itu terlepas. Cadenza yang ditarik seperti itu pun kaget dan memberontak.

"Apaan sih lo!" Cadenza berhasil menarik tangannya."Kesambat lo? Datang datang main narik!" Ujar Cadenza dengan nada yang amat kesal.

"Bunda lo nungguin dirumah! Kita pulang sekarang juga!" Jelas Arik yang berusaha meraih tangan Cadenza tapi gadis itu dengan cepat menjauhkannya.

Raynar yang melihat itu pun menarik Cadenza untuk berpindah posisi berdiri dibelakangnya. "Gue tau kok bunda, Enza nungguin! Tapi kenapa lo narik-narik tangan pacar gue?" Tanya Raynar tenang namun terkesan menyeramkan.

Arik tersenyum miring lalu mendekati wajahnya ke wajah Raynar. Berbisik kepada cowok itu."Gue cuma megang tanganya, bukan cium bibirnya!" Ujar Arik yang hanya bisa didengar oleh Raynar.

Rahang Raynar mengeras lalu nafas cowok itu memburu saat mendengar hal yang tidak pantas tentang Cadenza. Cowok dengan sekali tarikan berhasil mencengkram kerah baju Arik."Gue potong lidah lo kalau kata kata itu lo ucapin lagi!" Peringat Raynar seraya menatap murka Arik.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang