2 : 2

41.5K 3.4K 349
                                    

"Karna dia milik gue!"

Cup!

Cadenza membulatkan matanya nafasnya tercekat sesaat. Gadis itu mulai tersadar saat merasakan bibir Raynar bergerak untuk melumat lembut bibirnya. Air matanya langsung mengalir deras kemudian sekuat tenaga mendorong dada Raynar. Namun sepertinya cowok itu berusaha mempertahankan posisinya.

"Hmphmp!" Cadenza memukul mukul dada dan pinggang Raynar.

"NAR!" Teriak Raina kaget saat itu juga ia ikut menarik tubuh Raynar.

"Lepas....... Hiksss," tangis Cadenza pecah saat ciuman itu terlepas.

Mata Raynar berkaca kaca saat melihat tangisan gadis itu. Ia menarik narik kedua tangannya yang ditahan oleh Ikhsan dan Riski. Nafasnya kembang kempis.

"Lepasin gue! LEPASIN GUE ANJING!" teriak Raynar murka. Cowok itu menggerakkan badannya berusaha melepaskan diri.

"Tahan dia!" Titah Dimas kepada kedua sahabatnya. Cowok itu juga ikut menahan tubuh Raynar karna khawatir dengan emosi sahabatnya ini yang sudah tidak bisa terkontrol, dan bisa saja ia melepaskan diri.

Cadenza menutup wajah menggunakan kedua tangannya. Gadis itu menangis tersedu-sedu. Pikirannya kini tertuju kepada sosok ayahnya. Ia butuh sosok itu sekarang. Sosok yang paling pengertian baginya.

"JANGAN LO PELUK DIA BANGSAT!" bentak Raynar saat Panji memeluk erat Cadenza tepat didepan mata Raynar.

Panji sama sekali tidak mempedulikan dan tidak takut pada Raynar yang sedang mengamuk saat ini. Ia lebih menghawatirkan Cadenza yang tengah menangis.

"Ji, bawa dia pergi," titah Raina. Gadis itu bingung sekaligus takut saat ini. Rasa kasihan pun ia rasakan saat melihat dan mendengar tangisan pilu Cadenza.

"GUE HABISIN LO KALAU BERANI!" ancam Raynar.

Panji menatap kilas Raynar kemudian menggegam tangan Cadenza membawa gadis itu pergi dari sana. Cowok itu sama sekali tidak mendengarkan ancaman yang bisa saja jadi kenyataan dilontarkan Raynar.

"LEPAS BANGSAT!"

Raynar mengeram kesal saat melihat dua punggung itu mulai menjauh dan menghilang dari pandangannya. Cowok itu memberontak dengan brutal. Tapi tiga lawan satu tidak akan seimbang.

"Keterlaluan lo!" Raina menatap tajam Raynar.

"Kalau lo cinta sama dia, nggak gini caranya!" Seru Dimas setelah melepaskan Raynar.

Raynar tersenyum miring, cowok itu yang dikuasai oleh amarah dan kecemburuan akut itu enggan mendengarkan perkataan sahabat sahabatnya. Ia hendak menyusul Cadenza tapi untung saja Raina bergerak cepat menahan dirinya.

"Dia butuh gue, Na," lirih Raynar memelas. Wajah cowok itu sudah tidak merah lagi, dan berarti amarahnya sudah mereda. Mungkin ia sudah menyadari kesalahannya.

"Lo tetap disini," jawab Raina tegas."Dia itu lagi syok, Jangan lo muncul dihadapan dia dulu."

"Benar kata, Raina," semua kompak menoleh kearah Ikhsan."Cewek kalau lagi sedih di cuma butuh pendengar buat numpahin segala kesedihannya, bukan malah dibuat makin sedih, apalagi di lecehin kaya tadi!" Sindir Ikhsan. Raynar menatap sayu Ikhsan tidak lagi tatapan amarah yang ia tunjukkan disaat seseorang mengomentari dirinya.

"Maksud lo cium dia kaya tadi itu apa?" Tanya Riski. Cowok itu memang sudah tahu maksud sikap Raynar tadi. Tapi ia hanya sekedar memastikan. Bisa saja Raynar melakukan itu hanya karna dirinya marah atau ada hal lain nya, bukan seperti yang ia pikirkan.

"Lo suka sama dia?" Tanya Dimas. Raynar hanya diam, tatapan cowok itu terlihat aneh."Sayang, cinta?" Lanjutnya.

"Dari kejadian tadi, gue bisa simpulin kalau Raynar bucin akut alias cinta mati sama, Enza," ujar Ikhsan sangat yakin. Tiga tahun menjadi duta playboy membuatnya sangat memahami arti dari bebagai macam cinta.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang