4 : 9

26.2K 2.3K 298
                                    

Cadenza berusaha mengejar Caera yang sedari tadi hanya diam saja didalam mobil. Ia tahu pasti kakaknya itu masih marah kepadanya. Saat sampai di perkarangan sekolah Caera langsung keluar setelah memarkirkan mobilnya. Dari wajah dan mata sinis gadis itu sudah terlihat sangatlah kecewa pada adiknya yang sama sekali tidak salah.

"Kak, tunggu!" Sentak Cadenza saat ia berhasil mencekal lengan kakaknya. Nafas gadis itu menderu karna capek.

"Lepasin!" Tekan Caera. Gadis itu menatap sinis adiknya yang saat ini berdiri dihadapannya.

"Kalau gue ada salah, maafin gue. Jangan kaya gini! Gue gak bisa lo diamin terus!" Tegas Cadenza menatap kakaknya dengan tatapan memohon. Gadis itu melirik sekitar lorong dan untungnya tidak ada orang saat ini. Dari semalam hingga saat ini sepatah katapun tidak ada terucap dari Caera. Bukan kepada Cadenza saja hal itu terjadi tapi semua orang rumahnya.

"Maaf?" Desis Caera menarik paksa tangannya."Ngapain lo minta maaf, Lo kan gak salah! Takdir yang salah. Karna gue harus punya adik kaya lo! Yang murahan!" Tegas Caera lalu mendorong Cadenza hingga gadis itu mundur dua langkah.

Cadenza mengeram kesal ingin sekali membalas namun keadaan saat ini sudah panas. Kalau Cadenza terap menuruti nafsunya maka keadaan yang kacau ini tidak akan ada ujungnya. Maka dari itu Cadenza hanya bisa diam dan perlahan melangkah mendekati kakaknya lagi.

"Jangan ganggu gue saat ini! Gue lagi muak lihat muka lo itu!" Ujar Caera lalu melangkah pergi.

"Kak, dengerin gue dulu." Cadenza kembali mencekal lengan Caera namun hal itu menyebabkan dirinya harus terkena dorongan untuk kedua kalinya dari Caera. Hal itu menyebabkan Cadenza terhuyung kelantai dan kepala belakangnya terkena tembok.

"LEPASIN GUE!" Sentak Caera. Tatapan mata gadis itu yang awalnya marah langsung digantikan dengan tatapan khawatir saat melihat ringisan Cadenza yang memegangi kepala belakangnya. Dengan cepat Caera berjongkok untuk memeriksa keadaan adiknya.

"Awhhh!" Ringisan Cadenza seraya menutup mata menahan sakit. Keningnya saja belum sembuh dan ditambah lagi dengan kejadian ini.

"Lo gak papa, Za?" Tanya Caera dengan nada yang sangat khawatir. Ia membantu Cadenza untuk berdiri lalu memapah adiknya itu."Kita ke UKS," lanjutnya.

Sampai di didalam UKS Caera memposisikan Cadenza agar duduk diatas brankar UKS. Setelah itu ia mengambil kotak besar yang berisikan batu es untuk mengompres kepala adiknya.

"Kenapa kita berantem hanya karna cowok, kak. Kita ini adik kakak. Gue sayang sama lo, gue gak mau lo marah benar benar marah kaya gini sama gue," ungkap Cadenza menatap sayu kakaknya yang sedang mengompres kepalanya. Kepalanya yang terasa sakit tidak ia pedulikan hanya karna ingin meluruskan kesalahpahaman ini.

"Lo sayang sama gue, tapi kenapa lo ambil, Arik dari gue?" Pandangan Caera hanya fokus dengan kegiatannya. Ia enggan sekali menatap mata adiknya itu.

Cadenza menggeleng."Nggak, gue gak mau ambil dia dari lo, gue udah punya Raynar. Gue sayang dan cinta sama dia. Percaya sama gue, kak!" Ungkap Cadenza yang masih tidak dipercayai oleh Caera.

Caera perlahan menatap mata adiknya tapi tangannya tetap fokus mengobati."Dulu, Arik, juga ngomong dia cinta sama gue. Tapi apa? Dia sendiri yang ungkapin kalau gue cuma sebagai pelampiasan aja."

"Gue beda sama dia, Ra!" Ujar Cadenza yang kali ini mulai kesal. Capek dan emosi saat ini ia rasakan.

Caera berdecih lalu meletakan kembali kompres itu ke tempatnya. Lalu gadis itu berdiri."untuk saat ini! Lo jangan nunjukin wajah lo depan due dulu!" Tekanya lalu berlalu pergi.

Cadenza yang masih ingin bicara pun memutuskan untuk mengejar Caera. Gadis itu meringis menahan sakit dikepalanya. Lama lama bisa geger otak dia.

"CAERA! KAKAKKU! TUNGGU DULU, SAYANG!" teriak Cadenza yang sudah berdiri diluar UKS seraya memandangi punggung Caera yang mulai menjauh.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang