1 : 1

41.4K 3.6K 114
                                    

"Gue kasih racun bagus kali nih!" Gerutu Cadenza sembari membawa nampan berisi tiga piring kecil nasi goreng yang ia pesan barusan.

"Enak banget mereka, gue disuruh kekantin mereka malah santai di rooftop sambil nunggu makanan!" Cadenza mengigit giginya kesal mengingat betapa bodohnya dirinya saat ini. Entah kenapa ancaman yang dikeluarkan dari mulut Raynar selalu saja membuat ia merinding dan ujung ujungnya patuh kepada cowok itu.

"Emang gue apaan hah?" Tanya Cadenza kepada salah satu siswi yang ia lalui.

"Lo orang bego!" Jawab siswi itu. Cadenza yang mendengar itu membalikan badannya berjalan mundur.

"Oh iya, hihihihi," tawa kecil Cadenza menanggapi perkataan siswi tadi. Kemudian gadis itu membalikkan kembali badannya.

Saat berjalan didepan UKS Cadenza mendengar suara ringisan seseorang yang ia kenal. Dengan jiwa kepo yang melekat pada dirinya gadis itu masuk kedalam UKS.

Cadenza kaget saat melihat Arik cowok yang ia masih cintai padahal sudah tidak ada hubungan apapun diantara mereka lagi. Contoh gagal move on. Wajah cowok itu babak belur dan ia sedang duduk diatas brankas berusaha mengobati lukanya sendirian.

"Kenapa muka lo?" Tanya Cadenza meletakan nampan di atas meja kemudian menghampiri Arik. Cowok itu kaget saat melihat kedatangan Cadenza.

"Bukan urusan lo!" Jawab Arik saat Cadenza sudah duduk disampingnya.

Cadenza tersenyum akan respon Arik sama sekali tidak marah."Abis berantem?" Tanya Cadenza."Bonyok! Kalah lo ye?" Cadenza terkekeh saat melihat dari dekat wajah lebam Arik.

Arik berdecak."Diam lo!" Sentak Arik."Pergi sana. Kehadiran lo cuma mengganggu ketenangan gue disini!"

Cadenza mencibir dan tidak mendengarkan Arik. Gadis itu mengambil kapas baru diatas meja."Sini salebnya." Cadenza mengambil paksa saleb dari tangan Arik.

"Mau ngapain sih lo? Gue bilang pergi!" Arik menjauhkan wajahnya saat Cadenza ingin mengobati wajahnya.

Cadenza menatap mata Arik dengan tatapan tidak suka. Kemudian gadis itu mengikis jarak antara dia dan Arik hingga tubuh mereka kini sangat lah dekat.

"Gue mau ngobatin lo, kalau lo ngobatin sendiri nggak akan selesai entar!" Tegas Cadenza lalu mulai mengobati luka di wajah Arik. Tidak menghiraukan penolakan dari cowok itu.

"Nggak usah! Awwh!"

"Sorry." Cadenza menjauhkan kapas dari wajah Arik lalu meniup luka yang baru ia obati tadi.

"Lagi ya, janji bakal pelan pelan. Main aman kita." Cadenza mengedipkan matanya lalu mengobati kembali luka di wajah Arik.

Arik kali ini tidak protes malahan ia terkekeh saat melihat kedipan mata Cadenza. Rupanya gadis ini sedang menggodanya.

"Bocah!" Seru Arik memukul pelan kepala Cadenza.

"Enak aja bocah! Udah 16 tahun otw 17 nih gue!" balas Cadenza tidak terima dikatakan bocah.

Mendengar itu Arik tersenyum tipis sembari menahan sakit diwajahnya."Lo masih sama," ujar Arik membuat Cadenza menghentikan kegiatannya sebentar lalu menatap mata cowok itu.

"Gue masih sama, tapi kenapa lo yang berubah?" jawab Cadenza lalu melanjutkan kegiatannya.

Arik terdiam seribu bahasa. Tidak tahu lagi kata apa yang harus ia keluarkan. Perkataan Cadenza tadi berhasil menyinggung hatinya. Saat melihat gadis didepannya dengan tenang mengobati lukanya sedikit rasa bersalah terlintas dihatinya. Apakah ia jahat sudah melukai hati seorang gadis yang mencintai dari kecil atau mungkin sampai sekarang gadis ini masih mencintainya dengan tulus.

RAYNAR ( Selesai )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang