“Ibaratnya gini nih, dua garis lurus yang sejajar kalau dipanjangin nggak akan pernah ketemu pada satu titik. Karena cinta itu ibarat matematika yang jawabannya cuma satu dan bisa dihitung dengan banyak cara.”
– Aldi Danantya –
°
°
°Klik
Suara pintu kelas yang dibuka dari luar terdengar begitu kentara ditengah kesunyian pagi itu. Sang pelaku berjalan masuk ke dalam dengan langkah bak seorang pencuri.
Ia menatap sekilas jejeran bangku yang kosong akibat para penghuninya yang mengikuti kegiatan wajib hari Senin di lapangan utama.
Ia––Mentari––berjalan dengan pelan menuju salah satu bangku yang berada di samping cendela. Seperti sudah menargetkan korbannya, ia langsung meraih tas yang berada di atas meja dan memasukkan sesuatu ke dalamnya.
Setelah itu ia mengembalikan tas itu ke posisi semula dengan senyum yang mengembang sempurna dan langsung keluar dari kelas tersebut dengan langkah cepat.
•••
“Jadi, lo itu Rangga atau bukan?”
Raygan langsung dibuat terkejut dengan pertanyaan itu. Bahkan kedua matanya sedikit membola saat menatap tampang Aldi yang nampak tidak berdosa.
“Maksud lo?” Tanya Raygan berusaha untuk mencairkan suasana.
Bukan jawaban yang Raygan terima melainkan sebuah tawa yang begitu menggelegar.
“Bhahahahaha, aduh ucul banget sih ekspresi lo,” ucap Aldi disela-sela tawanya. Bukan karena apa, menurutnya ekspresi terkejut Raygan begitu lucu bahkan itu diluar ekspektasinya.
“Aduh, tuh padahal cuma guyonan dari gue, kenapa ekspresi lo kelihatan serius banget hahahaha,” ucap Aldi sambil mengusap ujung matanya yang berair.
Sementara Raygan menampilkan raut kesal yang tidak dapat ia sembunyikan. Rasanya ia ingin melahap laki-laki itu sekarang juga.
”Emang lo bukan Rangga?” Tanya Aldi saat ia sudah mulai tenang.
“G–gue Rangga,” gugup Raygan.
Plak
Aldi memukul bahu Raygan gemas, “Iya-iya gue tahu jadi lo nggak usah gugup gitu. Tapi ada sisi positifnya sih, setelah sekian lama gue gumoh sama ekspresi kemarahan lo, akhirnya sekarang gue bisa lihat tampang imut lo hahahahaha.” Aldi kembali melanjutkan tawanya setelah ia berkata sambil menarik kedua pipi Raygan.
“Ih apaan sih lo megang-megang pipi gue,” ucap Raygan tidak terima.
“Maap-maap lagian lo kenapa kelihatan imut banget.”
“Bodo amat,” ucap Raygan kemudian pergi meninggalkan area rooftop.
“Eh mau kemana lo?” Tanya Aldi.
“Toilet.”
“Ikut dong,” jawab Aldi kemudian berlari mengejar Raygan.
“Gue bakal masukin lo ke kloset.”
“Asiik.”
Beberapa menit kemudian.
“Air mana air,” ucap Kumala sambil mengibas-ngibaskan tangannya ke area lehernya.
“Ya ampun kenapa sih pagi ini panas banget,” sambungnya kemudian meminum minuman yang baru saja ia beli di kantin.
Melody menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Kumala, “Sabar Mal, mau bagaimanapun upacara itu untuk menghormati jasa para pahlawan yang telah gugur mendahului kita.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Debu Antariksa (END)
Teen Fiction"Makasih buat kamu yang datang seperti batu dan hilang seperti debu." - Melody Nareswari - ------ Bagaimana jika seseorang yang kau cintai tiba-tiba menghilang tanpa kau ketahui penyebabnya?. Sakit bukan?. "Bukan sakit tapi lebih kepada kecewa." Kal...