Chapter 48. Jatuh Sakit

394 33 5
                                    

“Kekerasan dibalas dengan kekerasan dan balas dendam berakhir dengan balas dendam.”

Taxi Driver –

°
°
°

Perpisahan terberat adalah karena kematian. Bila Tuhan sudah berkendak, kita sebagai manusia tidak bisa berkutik lagi.

Tapi, bagaimana jika kematian itu terjadi karena alasan yang sangat tidak masuk akal?

Ken mungkin merasa menjadi manusia terbodoh yang pernah ada karena ia sama sekali tidak tahu apa yang menjadi alasan orang yang dicintainya itu meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.

Cinta?

Karena mencintainya?

Ken hanya bisa tersenyum getir disepanjang trotoar saat mengingat apa yang dikatakan Raygan tadi sore.

“Bodoh!” Umpat Ken yang menimbulkan tanda tanya diantara para pejalan kaki lainnya.

Tatapan aneh itupun Ken tidak pedulikan, bahkan ia sama sekali tidak merasakan bahwa ia sedang tidak sendirian di malam itu.

Ken berhenti tepat di depan jalur penyeberangan. Namun anehnya saat lampu merah menyala untuk pejalan kaki, ia malah melangkah begitu saja tanpa ada beban sedikitpun.

Teriakan orang-orang untuk menghentikannya juga terasa hampa. Seakan-akan telinganya sudah dibuat tuli oleh Yang Maha Kuasa.

Sementara itu Kumala yang kebetulan lewat karena ingin pergi ke minimarket dibuat kaget dengan pemandangan didepannya. Ia merasa tidak asing dengan penampakan anak manusia yang seperti sedang menjemput ajalnya sendiri.

“KEN!” Teriak Kumala saat melihat sebuah sedan yang melaju kencang menuju ke arah Ken yang berhenti tepat di tengah jalan.

Kumala pun berlari sekencang mungkin untuk menyelamatkan Ken. Bahkan mobil-mobil yang melaju pun mengumpat dengan keras saat Kumala meminta mereka untuk berhenti agar ia bisa diberi ruang untuk lewat.

Bruk

Keduanya pun jatuh saat Kumala memeluk tubuh Ken dan menariknya ke samping untuk menghindari sedan tadi yang seolah tanpa dosa hendak menabrak Ken.

Kumala langsung menarik tubuh Ken yang masih berbalut seragam sekolah agar mau berdiri. Lalu ia menatap lampu lalu lintas yang menunjukkan warna merah untuk pengguna jalan raya.

“Lo pura-pura bodoh atau emang bodoh sih!”

“Lo mau praktek jadi Melody saat mencari Rangga waktu itu! Hah?!”

Omel Kumala dengan wajah memerah, sementara Ken hanya menatapnya dengan pandangan kosong.

“Kalau mau mati jangan disini! Lo mau jadi hantu jalan! Hah? Mau lo?!”

“Dasar––”

Grep

Ken tanpa aba-aba langsung memeluk Kumala dengan sangat erat. Kumala mengerjapkan matanya berkali-kali untuk memahami situasi saat ini. Hingga ia sadar bahwa bahunya terasa basah.

“Ken, lo nangis?”

Ken tidak menjawab, ia malah semakin menenggelamkan wajahnya di curuk leher Kumala.

“Viola, maafin aku.”

“Viola?” Kumala bertanya-tanya saat mendengar nama asing itu.

“Kamu pergi karena aku, seharusnya aku lebih menjaga kamu, bukannya malah meragukan hubungan kita hanya karena si brengsek Raygan,” ucap Ken lirih namun terdengar tegas saat ia menyebut nama Raygan.

Debu Antariksa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang