Chapter 52. Kehilangan Sahabat

369 34 5
                                    

“Setiap manusia akan kehilangan penopang jika sang sahabat pergi dari sisinya.”

– Debu Antariksa –

°
°
°

Raygan pun langsung menaburi dua dari tiga minuman itu dengan serbuk putih yang ia bawa. Kemudian ia mengangkat nampan yang berisi tiga minuman itu lalu berjalan ke arah meja makan.

“Semoga kalian bisa masuk surga setelah meminum minuman ini, walaupun kemungkinannya kecil,” lirih Raygan.

“Ma, setelah ini jangan bawa-bawa lagi nama Raygan di depan Rangga,” ucap Jaya.

Raygan terhenti di dinding pembatas antara dapur dan meja makan saat mendengar ucapan Jaya. Ia pun memilih diam untuk mendengar percakapan tersebut.

“Tapi kenapa pa? Rangga sepertinya ingin kembali hidup bersama Raygan, buktinya tadi siang dia sangat marah saat tahu kita membuang Raygan. Lagipula mama sampai sekarang tidak bisa hidup tenang tanpa tahu bagaimana keadaan anak mama itu diluaran sana.”

“Rangga tidak membutuhkan kakak seperti Raygan.”

Raygan meremas ujung nampan yang ia bawa saat mendengar ucapan Jaya.

“Apa maksudmu pa?”

“Berpikirlah ma, Rangga adalah penerus dari keluarga Antariksa yang dari dulu selalu membanggakan keluarga ini dengan prestasi dan nilainya di sekolah. Coba mama bandingkan dengan Raygan yang sewaktu kecil selalu nakal dan membuat onar. Jika mereka terus bersama itu bisa mempengaruhi pola pikir Rangga. Apa mama tidak berpikir kalau Rangga bisa saja tertular dengan tingkah laku Raygan? Papa sama sekali tidak ingin hal itu mempengaruhi reputasi keluarga kita,” ucap Jaya panjang lebar.

“Apa reputasi keluarga ini lebih penting daripada anak papa?” Tanya Citra.

“Iya.” Jawab Jaya dengan tegas.

“Papa sudah keterlaluan! Mama sudah lelah terus bersabar menghadapi semua ini. Mama sangat merindukan Raygan pa.”

“Jika mama adalah orang yang sabar maka bersabarlah sampai akhir. Jangan membantah papa!”

“Apa papa tidak pernah merasa bersalah sebagai orang tua? Demi Allah pa, mama menyesal telah membuang Raygan.”

“Tidak, Raygan bukan putraku.”

“Tapi pa....”

“Diam! Nanti Rangga dengar!”

Raygan membalikkan langkahnya dan kembali ke dalam dapur. Ia meletakkan nampan yang ia bawa tadi ke tempat semula.

Raygan menundukkan badannya dengan tangan yang memegang pinggiran meja dapur.

Mamanya menyesal membuangnya?

Mamanya ingin ia kembali?

Mamanya sangat merindukannya?

“Gak bisa, gue gak bisa membunuh wanita itu,” gumam Raygan.

“Tapi gue bisa membunuh pria tua itu,” sambungnya.

Lalu Raygan membuang minuman yang telah ia taburi serbuk putih tadi dan menggantinya dengan minuman yang baru.

Tapi saat hendak menaburkan sisa serbuk putih tadi ke salah satu minuman itu, tangannya terhenti di udara.

“Tapi kalau gue cuma bunuh pria tua itu maka wanita itu yang akan jadi saksi kalau minuman yang gue bawa ada racunnya,” lirih Raygan.

Raygan menyugar rambutnya secara kasar saat pikirannya sudah dibuat buntu oleh rencananya sendiri.

“Gue gak bisa racunin pria tua itu sekarang,” gumamnya setelah memperhitungkan segalanya.

Debu Antariksa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang