Chapter 31. Tertangkap Basah

512 43 6
                                    

"Jika kau tanyakan padaku apakah aku percaya, tentu aku akan percaya. Tapi setelahnya aku akan mengutuk diriku sendiri karena begitu bodohnya cinta ini selalu melihat kebenaran di matamu, padahal aslinya tidak seperti itu."

- Melody Nareswari -

°
°
°

"Permisi, saya Kenzo Domani ingin menemui papa saya, ada di lantai berapa ruangan papa saya?" Tanya Ken kepada petugas resepsionis disana.

"Anda putra dari Bapak Direktur?"

"Iya benar."

"Tunggu sebentar ya," jawab petugas itu hendak menelfon bosnya untuk memberitahu bahwa putranya sudah sampai.

Sambil menunggu petugas resepsionis menelfon sang papa, Ken memilih memandangi arsitektur hotel yang menurutnya tidak begitu buruk.

Namun saat melihat ke arah lift, begitu terkejutnya ia saat melihat orang yang begitu ia kenali.

Rangga dan Mentari? Ngapain mereka malam-malam begini ke hotel?, batin Ken bertanya-tanya.

Ken hendak menyusul mereka namun urung karena pintu lift sudah tertutup.

"Permisi, Bapak Direktur sudah menunggu anda, mari saya antar," ucap petugas resepsionis tadi.

"Sebentar saya ingin menyusul teman saya," ucap Ken masih mengamati lift yang sudah tertutup.

"Maaf, tapi ini mendesak, Bapak Direktur ingin bertemu anda segera."

Ken akhirnya mengalah, keinginan papanya itu mutlak, mustahil ia bisa menolak karena pada akhirnya ia pun juga harus menerima walaupun dengan paksaan.

Ken kemudian mengikuti langkah petugas resepsionis itu dan naik ke dalam lift yang berbeda yang dinaiki Rangga dan Mentari tadi.

Tapi di dalam pikiran Ken masih menerka-nerka kenapa mereka berdua bisa berada di dalam hotel pada jam segini pula. Ingin berfikir positif tentu saja tidak bisa. Ini sungguh tidak bisa dibiarkan.

Tunggu besok Rangga, gue akan buat perhitungan ke lo karena sekali lagi Lo udah buat Melody sakit hati.

°•°•°•

Kediaman Melody.

Disisi lain Melody sedang termenung di balkon kamarnya. Sembari menunggu jawaban dari pesan yang ia kirimkan.

Karena tak kunjung dibalas ia memilih untuk menelepon Rangga saja. Jari Melody menari-nari diatas keyboard ponselnya untuk menemukan kontak Rangga.

Dan setelah menemukannya ia langsung memencet tombol panggilan.

Tut Tut Tut

Melody menunggu panggilannya diangkat sambil menggigiti ujung kukunya. Namun sama sekali tidak diangkat oleh Rangga. Bahkan ia sudah mencobanya sampai beberapa kali namun juga tidak diangkat.

Akhirnya Melody menyerah pada kenyataan. Tidak ada gunanya menunggu seperti ini. Besok ia harus bertindak. Cukup cintanya dulu tidak berbalas, tapi untuk saat ini biarlah ia memperjuangkannya lagi.

°•°•°•

"Mel, kita sekarang ke lapangan basket ya biar bisa dapat tribun depan," ujar Kumala kepada Melody yang sibuk memilih buku materi di perpustakaan.

"Eman kenapa? Bukannya sama aja kita duduk didepan atau dibelakang."

"Kan biar Ken tahu aku nonton dia tanding."

Debu Antariksa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang