Chapter 39. Just a Shadow

354 32 5
                                    

“Dunia hanyalah perumpamaan dari bayang-bayang. Semakin kau kejar, semakin pula hengkang dari jangkauan. Semakin kau bayangkan, semakin pula imajinasi tak nyatamu akan berkembang. Cukup tenang dan rasakan bahwa bayang-bayang akan selalu mengikutimu dari belakang.”

– Debu Antariksa –

°
°
°


“Lepas!”

Ken menghentikan langkahnya saat mendengar sayup-sayup suara dari lantai atas.

Tunggu dulu, suara itu?

Ken langsung berlari menaiki tangga yang menghubungkan lantai satu dan lantai dua.

“Ada orang? Rangga?” Panggil Ken sambil memperhatikan sekitarnya. Namun tidak ada sahutan sama sekali.

Ken menatap lurus ke arah pintu yang telah tampak usang dimakan waktu. Entah kenapa ia merasa ada yang mencurigakan di dalam sana. Mau ini hanya perasaannya atau realitanya, lebih baik dipastikan dulu bukan. Ken pun berjalan pelan dan menajamkan indera pendengarannya.

“Rangga?” Panggil Ken lagi sambil mengarahkan telinganya ke permukaan pintu itu.

“Lo didalem?”

Nihil.

Ken mencoba membukanya tapi sayangnya pintu itu terkunci.

“Gue dobrak ya!” Ujar Ken mulai tidak sabaran.

Brak

Pintu tua itupun langsung terdorong dengan keras dan akhirnya berhasil terbuka walaupun dengan cara paksa.

Mata Ken menyipit saat kegelapan mendera penglihatannya. Keningnya ikut berkerut karena tidak menemukan siapapun di dalam sana.

Gelap.

Mana mungkin pendengarannya salah saat mendengar seseorang minta dilepaskan. Dia tidak tuli. Tapi sekarang apa matanya telah tertipu? Atau mungkin sekarang ia sudah dikelabuhi?.

“Bukannya tadi Rangga masuk kesini, tapi kok sekarang udah nggak ada,” ujar Ken sambil menyugar rambutnya ke belakang.

Sumpah demi Tuhan, ia benar-benar mencurigai laki-laki itu. Ingin rasanya ia membogem wajah tampan laki-laki itu dengan sebuah pukulan agar dia mau mengungkapkan kebenarannya.

“Gue ketipu,” lirih Ken saat ia tidak menemukan siapapun di sana dan ternyata motor yang dikendarai Raygan sudah tidak ada lagi di tempat parkirnya tadi. Tangannya mengepal menahan amarah karena ulah laki-laki itu.

“Tunggu aja nanti,” tekad Ken.

Sementara di tempat lain, yakni di gang yang tidak jauh dari area gudang.

“Wah anjir gue capek kaya dikejar polisi,” keluh Alex sambil mengatur nafasnya.

Raygan menoleh ke jalan yang sebelumnya ia lewati, “Kayanya dia nggak ngejar kesini.”

“Syukurlah.”

Raygan menatap adiknya, ralat maksudnya musuhnya yang sudah tidak sadarkan diri akibat obat bius yang sudah ia berikan.

Raygan POV

Gue sebenarnya nggak mau setengah mati saat adik kesayangan gue nggak mau makan dan minta ketemu sama gue.

Tinggal makan aja nyusahin orang, itulah sarkas gue.

Gue pun dengan rasa biasa yang mendarah daging, akhirnya membolos dari sekolah. Karena gue juga nggak terlalu mentingin yang namanya belajar.

Debu Antariksa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang