Chapter 40. Perlakuan Berbeda

374 31 8
                                    

“Untuk pertama kalinya perlakuanmu terasa lebih bersahabat daripada hari-hari sebelumnya.”

Melody Nareswari

°
°
°

Raygan akhirnya menyelesaikan aktivitasnya untuk mencuci muka, ia pun segera keluar dari ruangan sempit itu. Ia berjalan sebentar lalu berhenti tepat disamping pintu toilet perempuan. Lalu tubuhnya ia sandarkan ke tembok samping pintu itu sambil telinganya mendengar alunan tangisan dan tertawaan dari dalam toilet.

Ada rasa senang tersendiri yang menjalar di dalam tubuhnya saat mendengar tangisan Melody. Namun hati kecilnya seolah-olah berbisik bahwa itu bukanlah perasaan senang melainkan sebuah penyelasan.

“Aish,” decak pelan Raygan. Ia benar-benar kesal saat pikiran dan hatinya berjalan tidak sejalan. Ia pun bersikap tidak peduli dan melangkah menuju kelasnya untuk mengambil barang-barangnya.

Saat sudah sampai di mejanya, ia pun segera mengambil tas dan hoodie yang ia taruh di kolong mejanya. Raygan berjalan keluar dan berhenti tepat didepan pintu kelasnya. Kakinya seolah bimbang ingin berjalan ke arah tempat parkir atau malah ke tempat lain.

Raygan menatap hoodie yang ia bawa lalu memijat belakang lehernya pelan-pelan.

“Hah,” eluh Raygan frustasi kemudian berjalan menuju ke arah toilet perempuan.

Saat sudah hampir sampai, Raygan melihat Mentari yang berjalan menuju ke arahnya. Wanita itu terlihat begitu bahagia saat memutar video yang ada pada ponselnya sampai tidak menyadari bahwa Raygan juga berjalan menuju ke arahnya.

Syut

Dengan gerakan kilat Raygan berhasil merebut ponsel yang ada di tangan Mentari. Ia kembali memutar video itu yang sebelumnya terjeda. Entah mengapa ada perasaan marah yang menjalar diseluruh tubuhnya saat melihat Melody yang dilecehkan oleh Mentari.

Marah?

Kau sudah gila Raygan!

Sementara Mentari begitu bersemangat saat melihat Raygan melihat video itu, “Gimana sayang? Kerja aku bagus kan? Tuh anak pasti menderita banget hahahaha.”

Namun perasaan bahagianya luntur sudah saat melihat jari jemari Raygan menekan tombol hapus.

“Nih ponsel lo.” Raygan melempar ponsel itu kepada empunya.

What! Kok dihapus? Padahal aku udah kerja keras banget untuk ini. Kan kamu sendiri yang bilang kalau aku harus buat Melody menderita.”

“Itu keterlaluan.”

Mentari melongo tidak percaya, “Keterlaluan? Hey ini semua yang buat rencana untuk menghancurkan Melody itu kamu dan sekarang kamu bilang keterlaluan? Hobi kamu emang tarik ulur yah, kemarin bilang gitu sekarang bilang gini.”

Raygan mengepalkan tangannya marah lalu berjalan mendekat ke arah Mentari dengan tatapan membunuh.

“Yang buat rencana itu gue kan? Jadi terserah gue mau melarang atau enggak. Dari awal gue udah bilang kalau gue mau Melody cemburu sama lo sampai dia hancur dengan sendirinya tapi hari ini lo berani main fisik. Gue nggak peduli lo mau apain Melody, tapi ingat jangan pernah main fisik,” ucap Raygan penuh ketegasan disetiap katanya lalu memundurkan tubuhnya.

“Wow, sekarang aku jadi ragu kamu itu sekarang benar-benar benci sama Melody atau enggak.”

“Itu bukan urusan lo. Kalau lo nggak suka, silahkan pergi dari hidup gue. Kita jadian pun juga karena kesepakatan. Saat kesepakatan itu gue batalkan, kita juga nggak akan ada hubungan apa-apa.”

Debu Antariksa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang