“Mimpi buruk terbesar manusia adalah kenangan pahit di masa lalu.”
– Debu Antariksa –
°
°
°
“Sayang.”Seorang anak kecil berusia sembilan tahun berbalik badan dan menatap mamanya yang sedang tersenyum lebar ke arahnya–senyuman asing yang tidak pernah ia rasakan.
Wanita itu semakin mendekat dan meraih tangan anak kecil itu lalu berjongkok untuk mensejajarkan tubuhnya.
Anak kecil itu hanya diam membatu dan tidak paham dengan suasana yang ia rasakan saat ini.
“Mau nggak ikut mama papa ke taman? Nanti mama janji deh bakalan beliin kamu es krim. Mau ya?”
Anak kecil itu mengangguk samar penuh keraguan. Sebab ini kali pertama wanita itu berkata lembut kepadanya.
“Ayo kalau begitu, papa udah nunggu dimobil,” ucap wanita itu sambil berjalan menggandeng anak kecil itu.
“Rangga nggak ikut ma?” Tanya anak kecil itu dengan kepolosannya.
Wanita yang bernama Citra itu tersenyum tipis lalu menunduk menatap Raygan yang juga tengah menatapnya.
“Rangga katanya capek nggak mau ikut.”
“Oh.” Raygan kecil mengangguk paham dengan bibir yang membentuk huruf o.
“Nah gitu dong anak papa mau diajak jalan-jalan,” ucap laki-laki yang tengah bersandar di mobilnya.
Raygan tersenyum lebar dan memeluk pinggang Jaya yang sangat ia rindukan kehangatannya.
“Yuk pa,” ajak Citra.
“Yuk sayang.” Jaya melepas pelukan Raygan lalu menuntun Raygan untuk masuk ke dalam mobil.
Saat diperjalanan, senyum merekah tak henti-hentinya Raygan tampilkan melalui bibir kecilnya itu.
Namun tak lama kemudian, keningnya berkerut bingung sebab taman yang seharusnya ia kunjungi malah dilewatkan begitu saja oleh mobil yang dikendarai papanya.
“Pa, tamannya udah kelewat,” ucap Raygan untuk mengingatkan papanya.
“Nggak kok, kita mau ke taman yang lebih indah daripada taman itu,” jawab papanya.
Raygan hanya mengangguk pasrah dan kembali menatap keluar mobil.
Setelah menempuh perjalanan yang terbilang cukup jauh akhirnya mereka sudah sampai di tempat tujuan.
Raygan kecil kembali dibuat bingung dengan bangunan sederhana yang tampak didepan sana. Ditambah plakat yang bertuliskan 'Panti Asuhan' yang ditulis diatas tripek putih sederhana yang dipajang didepan bangunan itu.
Bohong bila ia tidak mengerti arti kata itu. Usianya sudah mumpuni untuk menyerap istilah-istilah seperti itu. Raygan menatap sendu ke arah orang tuanya yang sudah keluar mobil.
“Ayo sayang, katanya mau jalan-jalan,” ucap Citra setelah membukakan pintu mobil untuk Raygan.
“Aku nggak mau jalan-jalan,” ucap Raygan dengan nada bergetar menahan tangis.
Sekasar-kasarnya ia kepada orang tuanya, ia sama sekali tidak pernah berharap dibuang oleh orang tuanya sendiri. Prinsip manusia itu sama, lebih baik diperlakukan asing oleh orang yang dicintainya daripada harus dipaksa menjauh untuk selama-lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Debu Antariksa (END)
Ficção Adolescente"Makasih buat kamu yang datang seperti batu dan hilang seperti debu." - Melody Nareswari - ------ Bagaimana jika seseorang yang kau cintai tiba-tiba menghilang tanpa kau ketahui penyebabnya?. Sakit bukan?. "Bukan sakit tapi lebih kepada kecewa." Kal...