Chapter 33. Complicated

448 44 20
                                    

Vote dan komennya, jangan lupa!

Sorry kalo masih ada typo

Happy reading

🍃

“Adakalanya hati lebih baik tidak berpenghuni. Daripada terlanjur dihuni, namun kemudian hari malah dijatuhkan ke dasar bumi.”

– Debu Antariksa –

🍃




“Naik!”

“Lo tuli ya! Gue bilang naik!”

Rangga menggeram kesal saat yang diajak bicara malah diam seperti patung.

“WOI!!” Sentak Rangga setelah ia membuka helm full face-nya.

Melody mengerjapkan matanya berulang kali sesaat ia sadar bahwa didepannya sudah terlihat anak manusia yang sudah menggeram kesal ke arahnya.

Melody bergerak mendekati Rangga yang sudah duduk manis di atas motornya, entah sejak kapan Rangga memiliki motor ninja seperti itu. Seingat Melody, Rangga kurang suka dengan motor makanya selama ini juga Rangga selalu menggunakan mobil bila ingin bepergian.

“Lo ngapain tetep disini?!” Ucap Rangga yang sedikit berteriak karena suaranya tenggelam akibat hujan sedang yang terus berjatuhan.

“Nunggu kamu,” jawab Melody.

“Ngapain nunggu gue? Kalo lo sakit karena kedinginan gimana?”

Wait wait

Ini Rangga dalam mode khawatir ceritanya?

“Kan aku tadi udah bilang kalo aku nggak akan pulang sebelum kamu jemput aku.”

“Ah yaudah lah, cepet naik keburu hujannya tambah deres!”

“Tapi kan jalannya masih licin, nunggu disini dulu sampe hujannya bener-bener reda.”

“Ah lama, yaudah gue dulu–––”

“Eh eh jangan ninggalin aku, yaudah aku ikut tapi–––” Melody meneliti seragamnya yang setengahnya sudah bisa dibilang basah.

Rangga turun dari motornya kemudian membuka joknya dan mengambil sebuah hodie. Lalu ia lemparkan ke arah Melody, syukurlah Melody bisa menangkapnya dengan mudah. Kemudian ia langsung memakainya.

Entah ada angin apa hingga Rangga membawa dua hodie, selain yang ia pakai saat ini.

Mungkin ini milik Mentari, karena Rangga sebelumnya sudah bilang kalau dia akan kencan dengan Mentari, pikir Melody.

Nggak apa-apalah kehujanan lagipula sudah terlanjur basah, pikir Melody lagi.

Melody mencoba naik ke motor itu namun kesulitan karena terlalu tinggi untuk ukuran tubuh Melody.

Rangga yang menyadari hal itu akhirnya membawa tangan Melody agar berpegangan dibahunya. Melody pun tersenyum akan perbuatan refleks dari Rangga.

'Kemajuan yang bagus', batin Melody bersemangat.

Tidak lama akhirnya motor yang dikendarai Rangga sudah membelah jalanan ibukota. Jalan yang licin tidak membuat Rangga untuk mengurangi kecepatannya.

Bahkan Melody berpikir kapan Rangga bisa mengendari motor sehebat ini. Mungkin Valentino Rossi akan kalah bila berduel dengan Rangga di atas sirkuit yang basah.

Debu Antariksa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang