Chapter 49. Penyekapan

350 31 5
                                    

“Jika kita melakukan hal salah dalam mengungkap kesalahan. Itu bukanlah salah.”

– Debu Antariksa –

°
°
°

Sebuah gudang kecil yang berada di tengah hutan, terlihat begitu pekat karena digerus keheningan malam.

Begitupun juga sang penghuni di gudang tersebut yang terasa begitu jauh dengan hiruk-pikuk keramaian kota. Entah sudah berapa malam ia habiskan di gudang sempit itu.

Rangga.

Ya, anak manusia yang tersekap di gudang itu adalah Rangga.

Mempunyai indera penglihatan juga terasa tidak begitu berguna karena yang ia tangkap hanyalah sebuah kegelapan.

Hingga kedua telinganya menangkap suara kendaraan dari luar. Tidak ramai, hanya terdengar satu kendaraan saja.

Krek

Pintu gudang yang terbuat dari bambu juga tampaknya dibuka dari luar.

“S-siapa?” Tanya Rangga dengan suara serak.

Rangga langsung menutup matanya karena silau saat seseorang tadi menyalakan beberapa lampu minyak.

“Ini gue,” jawab Alex saat meletakkan lampu minyak tadi ke dinding yang juga terbuat dari bambu.

Rangga menggerakkan tangannya yang terikat saat mengetahui siapa yang datang mengunjunginya.

Alex berjongkok didepan Rangga yang duduk di lantai dengan tangan yang diikat ke tiang sedangkan kakinya juga tidak dibiarkan bebas begitu saja.

“Lo gak penasaran gue beberapa hari yang lalu habis ketemu siapa?” Tanya Alex sambil menyuapi Rangga dengan air mineral.

Rangga tidak menjawab, ia memilih fokus dengan air yang diberikan Alex. Rasa hausnya lebih penting daripada harus mendengarkan ocehan manusia didepannya itu.

Dengan sengaja Alex menjauhkan botol air mineral itu. Rangga pun memandang dengan perasaan kecewa.

“Haus?” Tanya Alex setelah ia meletakkan botol air mineral itu jauh dari posisi Rangga.

Rangga meneguk ludahnya sendiri sambil memandang botol air mineral itu.

“Hah.” Alex membuang nafasnya kasar yang membuat Rangga merubah arah pandangannya.

“Saat gue melihat diri lo gue jadi ingat satu orang,” ucap Alex.

“Siapa?”

“Kakak lo. Entah karena wajah kalian yang mirip atau emang gue yang kasihan, gue berubah pikiran.”

Rangga diam tidak mengerti.

“Lo tahu gue berubah pikiran soal apa?”

Rangga menggeleng.

“Kalau dengan perdamaian bisa menyelesaikan masalah, gue akan dukung perdamaian itu.”

“Maksudnya?” Rangga berusaha mencerna ucapan Alex.

“Setelah gue menuruti semua yang dikatakan Raygan, gue jadi sadar kalau semua rencana yang dia lakukan malah menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.”

Jadi mereka mau membebaskan gue?” Tanya Rangga dalam hati.

“Bisa dibilang gue kemarin bantu lo, tapi sayangnya apa yang lo pikirin sekarang gak akan pernah terjadi.”

Rangga merasa jatuh karena harapannya sendiri.

“Hanya Raygan sendiri yang bisa ngelepasin lo dan gue akan dukung dia selama itu tidak membahayakan dirinya sendiri. Dan soal perdamaian yang gue singgung tadi sepertinya Raygan tidak menyetujuinya. Karena yang sekarang gue dukung adalah rencana awalnya untuk balas dendam. Sementara perdamaian akan gue upayakan saat dia sudah hampir celaka dengan rencananya sendiri.”

Debu Antariksa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang