Chapter 46. Viola : Sepenggal Kisah Dari Masa Lalu

352 29 10
                                    

“Kenangan masa lalu itu adalah garis penghubung untuk menuju ke masa depan, saat dia masih belum melupakan maka itu akan terus terbayang-bayang sampai ke masa depan. Dan jika gue masuk diantara garis itu, pasti gue juga yang akan tersakiti.”

– Kumala Chyntiarsya

“Tapi yang masa lalu akan tetap kalah dengan yang masa depan, karena masa depan itu adalah prioritas.”

– Melody Nareswari

°
°
°

“Melody!” Teriak Kumala sambil menghampiri Melody yang sedang memesan bakso di kantin.

“Kenapa?”

“Huh huh, nih.” Kumala memberikan sebuah brosur kepada Melody.

“Apa ini?”

“Udah baca dulu, ini gue dapet dari mading.”

“Ekskul teater SMA Galaksi akan mengadakan sebuah pertunjukan drama di Prom Night kelas XII.” Melody membaca kata demi kata dalam brosur itu.

“Kok di grub teater gak ada info tentang ini?” Tanya Melody karena ia dan Kumala memang mengikuti ekskul teater.

“Mungkin buat surprise karena pemeran utamanya boleh dari dalam ekskul dan luar ekskul.”

“Maksudnya pemain utamannya boleh anak yang gak ikut ekskul teater?”

“Iyap, udah Mel sana lo ikut audisi buat jadi pemeran utama.”

“Ah gak, aku jadi pemeran pembantu aja.”

“Ih kenapa?”

“Aku orangnya kurang pede.”

“Jangan inspektur dong Mel.”

“Insecure Mal.”

“Iya itu maksud gue.”

“Emang ceritanya tentang apa?”

“Katanya Bu Ketua sih naskahnya bakalan dikasih tahu pas seleksi pemeran utama. Ikut aja Mel seleksinya, lagipula masih ada waktu seminggu lebih buat latihan.”

“Emang aku bisa ya?”

“Bisa dong, aku aja optimis masa kamu enggak.”

“Ya kan kamu gak ngelakuin.”

“Udah deh minimal ikut seleksi nanti sepulang sekolah.”

“Tapi kamu harus ikut seleksi juga ya.”

“Emm gimana ya,” jawab Kumala dengan wajah seperti orang yang sedang berpikir.

“Yaudah aku gak ikut.”

“Iya-iya, nanti kita seleksi bareng.”

“Yess.”

“Ini neng,” ucap penjaga stand bakso kepada Melody.

“Ini pak uangnya.” Melody menerima bakso pesanannya kemudian memberikan beberapa lembar uang kepada penjual tersebut.

“Loh bakso gue mana?” Tanya Kumala saat melihat hanya ada satu bakso yang dipesan Melody.

“Kan kamu gak bilang buat mesenin.”

“Ya kan gue pikir lo tahu tanpa gue kasih tahu.”

“Ya gak lah, emang aku cenayang,” ucap Melody kemudian pergi dari stand itu dan menuju ke salah satu meja kantin.

Debu Antariksa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang