Chapter 51. Balas Dendam

322 31 5
                                    

“Cinta kepada seorang anak itu lebih tinggi tingkatannya daripada cinta kepada pasangan.”

– Debu Antariksa –

°
°
°

Raygan menatap sebuah figura besar yang terpasang di dinding mansion keluarganya dengan tatapan tajam dan tangan yang mengepal.

Figura emas itu berisi foto sebuah keluarga yang nampak bahagia. Senyuman ketiga manusia di dalamnya telah menyiratkan bahwa mereka tidak pernah mengingat ada orang lain yang seharusnya juga tampil dalam foto itu.

“Hari ini adalah hari eksekusinya,” lirih Raygan.

Raygan merogoh saku celananya dan mengotak-atik ponsel itu hingga timbul layar panggilan.

“Halo.”

Suara dari sebrang sana langsung muncul setelah Raygan memanggil.

“Sayang, maaf ya hari ini aku gak masuk sekolah jadi gak bisa jemput kamu.”

“Loh, kamu kenapa? Sakit?”

Raygan tersenyum saat melihat kekhawatiran Melody di sebrang sana.

“Aku gak papa kok.”

“Terus kenapa gak masuk? Perasaan aku jadi gak enak.”

“Aku ada urusan.”

“Jangan bilang kamu mau tawuran.”

Raygan terkekeh.

“Enggak sayang, aku bener-bener ada urusan penting.”

“Sepenting itu ya sampai kamu gak bisa ngasih tahu aku.”

Raygan terdiam.

“Pokoknya kamu gak usah khawatir, aku gak akan aneh-aneh kok.”

Yaudah kalau gitu aku mau berangkat.”

“Hati-hati sayang, ciuman jauhnya mana?”

“Ah udah jangan bahas soal ciuman!”

“Kamu masih malu ya sama kejadian kemarin?”

Bodo!”

“Malah ngumpat, yaudah aku tutup ya.”

“Iya, pokoknya kalau ada apa-apa jangan ragu untuk hubungin aku.”

“Siap komandan.”

“Ah apaan sih hahaha. Ingat ya Prom Night sebentar lagi, awas kalau lupa.”

“Iya sayang mana mungkin aku lupa. Aku yakin pertunjukkan kita nanti akan jadi yang terbaik.”

Iyain ajalah biar seneng, aku mau berangkat ya bye.”

“Bye.”

Tut

Setelah menyudahi panggilan itu, Raygan langsung menuju ke arah meja makan yang sudah terdapat kedua orang tuanya.

Dari jauh Raygan menampilkan ekspresi kebencian yang sungguh kentara namun saat mendekat ia mengubah ekspresinya menjadi dingin seperti biasanya.

“Loh kamu kok dari ruang tamu?” Tanya Citra karena Raygan tidak terlihat menuruni tangga.

“Nyari angin di depan,” ucap Raygan berbohong lalu duduk tepat di depan Citra.

“Roti?” Tanya Raygan sambil menatap deretan menu di atas meja makan. Karena menu sarapan disini sungguh berbeda dari menu sarapan di kediaman Melody.

Debu Antariksa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang