1-Tetangga Baru

345 27 0
                                    

Hallo. Sesuai yang aku janjikan, mulai hari ini aku akan update cerita Please, Say Goodbye dua kali sehari. Semoga lancar sampai ke depannya.

Oh ya aku juga mau ngucapin, selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan. Semoga ibadahnya lancar. Amin.

.
.
.

Brub

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brub.... Motor matic itu mulai mengeluarkan suara aneh.

"Please, dong. Tinggal dikit lagi." Wanita dengan helm krem polkadot merah itu melihat penanda bahan bakar yang semakin menipis. Pandangannya kemudian terarah ke depan, apartemennya masih beberapa meter lagi.

Burp....

"Aaaa!" Mikha menjerit karena motornya telah berhenti. Dia turun dari motor dan menuntunnya ke bahu jalan. "Kenapa, sih, nggak bisa diajak kerja sama?" makinya ke motor matic berwarna pink menyala itu.

Mikha mengedarkan pandang, mencari penjual bahan bakar encer. Padahal, jelas-jelas dia hafal daerah sekitar apartemennya tidak ada penjual seperti itu. Mikha kembali menatap motornya, tidak ada cara lain selain mendorong.

"Lo tahu nggak, sih, gue lagi ada tamu bulanan dan perut gue nyeri?" Mikha seperti sedang memarahi teman sebayanya. "Terus, kenapa lo makin nambah beban? Beneran, deh, gue capek sekarang!"

Prak.... Mikha menendang bagian samping motor.

"Ya sebenarnya salah gue, sih, kenapa tadi nggak mampir pom bensin." Mikha kemudian sadar dengan kesalahannya sendiri. "Ya tapi namanya orang lupa."

Mikha menutup kaca helmnya kemudian mendorong motor itu lebih kuat. Di saat seperti ini dia berharap tidak bertemu siapapun. Malu jika ketahuan sedang mendorong motor. Jika alasan mendorong karena motor bermasalah, sih, tidak apa-apa. Nah, sedangkan Mikha mendorong karena lupa mengisi bahan bakar. Dia seperti orang yang sangat perhitungan.

Beberapa saat kemudian, Mikha sampai di basement apartemen. Dia bertolak pinggang menatap motor yang sudah dua tahun ini menemaninya. "Nanti aja ya gue isi. Gue capek," ujarnya ke motor itu.

Mikha lantas berbalik sambil mendekap helm kesayangannya. Kakinya terasa lebih berat dan napasnya mulai memburu. Ayolah, siapa yang tidak capek mendorong motor? Apalagi, Mikha jarang sekali berolahraga. Mendorong motor ibarat menarik beban puluhan kilogram.

Tring.... Pintu lift terbuka di lantai lima belas.

Mikha berjalan keluar sambil membenarkan letak rambutnya. Dia ingin segera berendam dengan hangat agar tubuhnya tidak pegal.

"Box itu di sini. Sisanya di sebelah sana." Di lorong tiba-tiba terdengar suara berat.

Tok... Tok... Tok....

Langkah Mikha terhenti. Dia mengernyit melihat lorong apartemennya yang dipenuhi beberapa box. Selain itu, lantai yang selalu sepi kali ini tampak ramai dengan pekerja. Pandangan Mikha kemudian tertuju ke pintu apartemennya yang tertutup bingkai berukuran besar. "Wah! Ini nggak bisa dibiarin!" Mikha menarik lengan kemejanya ke atas kemudian berjalan mendekat.

Please, Say GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang