Brum....Tepat saat Mikha turun dari motor, terlihat mobil hitam yang melaju masuk dan sekilas terlihat Melvin. Refleks Mikha menutup sebagian wajah dengan lengan kemudian berlari menuju lift.
"Hei, lo!" Melvin baru turun dan melihat Mikha yang berlari seperti maling ketahuan. "Sini lo!"
Tak... Tak... Tak.... Mikha memencet tombol lift, tapi pintu itu belum juga terbuka.
Melvin berlari mendekat kemudian menarik tangan Mikha. Wanita itu masih menunduk dan menyembunyikan wajahnya dengan lengan. Melvin menarik lengan itu dan melihat wajah Mikha yang memerah. "Lo nangis karena omongan gue?"
"Emm...." Mikha menggerakkan mata ke kiri dan ke kanan. "Ya! Gue nangis gara-gara lo. Puas?"
Satu alis Melvin tertarik ke atas. "Gue cuma bercanda."
"Bilang gue gendut itu bukan bercanda. Tapi, ngejek!" balas Mikha kemudian membuang muka. Dia melirik pintu lift yang perlahan terbuka. Dia segera masuk kemudian berdiri menghadap pojok.
Melvin masih berdiri di luar sambil menahan tawa. Barulah berjalan masuk dan berdiri memunggungi Mikha. "Lo inget gue bilang apa?"
"Bilang gue gendut!" Mikha mengangkat wajah melihat pipinya yang tirus dan sekarang tampak mengkilat. Dia menghapus sisa air matanya kemudian berbalik. Sekarang dia berhadapan dengan punggung Melvin yang cukup lebar.
Sudut bibir Melvin tertarik ke atas. Tingkah Mikha sangat menghibur di saat dia baru pulang kerja. "Hahaha...."
Mikha menatap Melvin tajam. "Ngetawain kalau gue gendut?" tanyanya sambil berteriak.
Melvin menunduk dengan satu tangan menutupi kening. "Perut gue sampai sakit, Mik."
"Ketawa aja terus!" Mikha melipat kedua tangan di depan dada lalu membuang muka. Sayangnya, matanya terus ingin menatap ke punggung lebar Melvin. Dia melirik punggung yang masih bergetar itu lalu mendengus. "Jangan ketawa!"
"Oke!" Melvin berdiri lalu mengangkat tangan. Dia berbalik menatap Mikha dengan wajah memerah. Bahkan sudut matanya sedikit basah karena menahan air mata. "Mik. Perlu lo tahu satu hal."
Mikha mengangkat dagu. "Nggak usah ngasih tahu."
"Hahaha...." Melvin segera menutup mulut saat tawanya akan meledak. "Gue nggak pernah bilang lo gendut."
Bola mata Mikha membulat. "Lo tadi ngejek di supermarket."
"Gue ngejek gaya lo yang bikin orang ketakutan." Melvin menarik rambut Mikha hingga menutupi sebagian wajah. "Tadi lo kayak gini."
"Sial!" geram Mikha. Dia menyibak rambut kemudian membuang muka. Sekarang dia sangat malu. Sudah tadi tiba-tiba menangis, sekarang semakin mempermalukan diri.
Tring....
Suara bel lift menyelamatkan Mikha dari situasi yang tidak mengenakkan. Dia berjalan keluar kemudian mengernyit menyadari ruangan yang terasa lebih panas. Dia menoleh ke kanan dan mendapati mobil-mobil yang terparkir. Dia kemudian menoleh ke kiri dan melihat dua lelaki berjalan menuju lift.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Say Goodbye
General Fiction[UPDATE 2X SEHARI SELAMA RAMADAN] Bagaimana cara mengucapkan selamat tinggal? Mengapa harus mengucapkan selamat tinggal? Apa tidak bisa diperbaiki? -Mikha Tidak semua orang mudah mengucapkan selamat tinggal. -Giran Cukup tinggalkan. -Melvin