"Katanya, makanan manis bisa hilangin rasa sedih."Melvin duduk di sofa panjang dengan pandangan agak menerawang. Saat tiba-tiba ada mangkuk yang diulurkan dan berisi sereal. Dia lalu mendongak, mendapati Mikha yang tersenyum manis lalu menggerakkan tangan. "Gue bukan anak kecil."
"Emang, cuma anak kecil yang boleh makan sereal?" Mikha meletakkan mangkuk itu ke meja lalu kembali ke dapur.
Pandangan Melvin tertuju ke mangkuk putih dengan sereal berwarna cokelat dan susu putih yang memenuhi, seperti kuah. Dia mengambil mangkuk itu dan mencicipinya. Sayangnya, rasa sereal masih kurang manis.
"Ini, gue juga bikin cokelat dingin." Mikha kembali dengan gelas panjang berisi minuman cokelat yang dipenuhi es batu. "Semoga membantu."
"Kenapa repot-repot?"
"Gue nggak repot." Mikha duduk di samping Melvin dan memperhatikannya. Wajah Melvin tidak sesongong biasanya. Dia merasa, inilah ekspresi asli Melvin. Matanya tidak menyorot dalam, tapi juga tidak bisa dikatakan sendu. Selain itu, bibir yang terus tertarik garis lurus membuat siapa yang melihat jadi segan mendekat.
"Lo nggak makan?" Melvin tiba-tiba menoleh. Saat itulah dia melihat Mikha yang berjingkat dan buru-buru membuang muka.
"Emm, sereal nggak bisa bikin gue kenyang," jawab Mikha lalu berdiri. "Gue pesen sarapan dulu, mau?"
"Gue nggak mood makan." Melvin menghabiskan seluruh seralnya, tapi tidak dengan susu vanila yang masih tersisa setengah. Menurutnya, Mikha terlalu banyak memberikan susu.
"Lo harus makan!" Mikha kembali dengan ponsel di tangan. Dia duduk di kursi single samping kiri Melvin lalu mencari sarapan. "Nasi kuning mau?"
Melvin menoleh. "Nasi kuning?"
Mikha mengangguk. "Waktu itu lo bilang suka sarapan nasi kuning."
Sejujurnya, Melvin tidak menyangka Mikha masih ingat dengan ucapannya. "Nggak usah, Mik. Ini aja udah kenyang."
"Kalau gitu, bisa dimakan nanti siang." Mikha tersenyum samar lalu meletakkan ponsel. "Tinggal nunggu makanannya dateng."
Melvin menunduk, rasanya malu telah menunjukkan ekspresi sedihnya ke Mikha. "Lo bisa jaga rahasia, kan?"
"Enggak!"
"Please, jangan kasih tahu siapapun."
Ekspresi Mikha seketika berubah. "Gue beneran nggak bisa jaga rahasia, Vin," ungkapnya. "Rahasia sahabat gue aja nggak bisa gue simpen."
Melvin seketika menoleh. Melihat ekspresi sedih itu, seketika dia menggerakkan kaki ke kaki Mikha. "Jangan ikutan sedih, juga!"
"Ihh, enggak!" Mikha buru-buru menggeleng. Dia menggerakkan kakinya ke samping lalu melirik mangkuk di depannya. "Serealnya kurang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Say Goodbye
General Fiction[UPDATE 2X SEHARI SELAMA RAMADAN] Bagaimana cara mengucapkan selamat tinggal? Mengapa harus mengucapkan selamat tinggal? Apa tidak bisa diperbaiki? -Mikha Tidak semua orang mudah mengucapkan selamat tinggal. -Giran Cukup tinggalkan. -Melvin