30-Kesepian

77 13 5
                                    

Pandangan Melvin tertuju ke arah luar tepat ke basement di seberangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pandangan Melvin tertuju ke arah luar tepat ke basement di seberangnya. Dia memegang cangkir berisi kopi sambil duduk bersandar. Dia tampak aneh, karena memutar kursi menghadap jendela. Padahal, seharusnya kursi itu di samping jendela.

Melvin menyeruput kopi tanpa mengalihkan pandang. Dia tidak ingin melewatkan seseorang yang seharusnya sudah berangkat dari kantor. Aneh, padahal dia bisa menemui orang itu langsung daripada menunggu.

Sejak semalam, Melvin belum tidur. Bagaimana mau tidur jika terus terbayang Mikha yang tertidur di pundaknya? Karena itu saat matahari terbit, Melvin memilih ke kafe dan menyeduh kopi, sambil menunggu Mikha. Melvin yakin jika Mikha pasti akan menghindar seperti waktu itu. Karena itulah dia memilih menatap dari kejauhan.

"Hempp...." Melvin tanpa sadar memuncratkan kopinya saat melihat wanita yang mengendarai motor keluar dari basement. Wanita itu terlihat berhenti selama beberapa detik sebelum akhirnya berbelok ke jalan raya.

Pandangan Melvin mengikuti ke arah kepergian Mikha, hingga wanita tidak terlihat lagi. Melvin duduk bersandar kemudian meletakkan kopi di atas meja. Dia menunduk, melihat kaus putihnya telah kotor dengan tetesan kopi. "Ah! Gue bertingkah bodoh." Melvin mengusap bekas kopi itu lantas berdiri.

Seseorang yang Melvin tunggu sudah muncul, sudah tidak ada gunanya dia duduk di kafe. Dia memilih keluar kemudian menoleh ke arah kepergian Mikha. Tanpa sadar dia tersenyum, teringat tingkah konyolnya.

Drttt....

Perhatian Melvin teralih saat merasa ada sesuatu yang bergetar. Dia merogoh saku dan mengeluarkan ponsel. Satu alisnya terangkat melihat nomor baru. "Ya, Halo."

"Kak Melvin ini saya, Devi. Bisa nanti ketemu? Ini soal desain kemarin."

"Ah, iya! Ada yang bisa saya bantu, Bu?" Melvin mengedarkan pandang kemudian menyeberangi jalanan.

"Nanti saya jelaskan lebih lanjut. Bisa bertemu nanti sore? Nanti saya beri tahu lokasinya."

Melvin mempercepat langkah. "Baik. Saya tunggu." Setelah itu dia mengantongi ponsel dan memperhatikan jalan raya yang mulai padat. Melvin tersenyum, sudah ada pekerjaan yang menunggu. Dia bersyukur karena sedikit teralihkan dari pikiran bodohnya saat bersanding dengan Mikha.

***

"Tumben udah dateng?"

Wanita yang sedang memakai headphone itu menoleh. Dia segera melepas lalu tersenyum. "Ya, sengaja bangun pagi."

"Oh. Gue kirain kenapa." Inka meletakkan tas di kursi lalu melepas jaketnya. "Udah sarapan belum?"

"Roti."

"Kebetulan gue bawa nasi goreng agak banyakan," jawab Inka. "Mau nggak?"

Mikha mengangguk. Dia membuka lemari kecil yang menyatu dengan meja lalu mengeluarkan piring dan sendok. Lantas dia mendekat ke kubikel Inka. "Makasih, loh."

Please, Say GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang