"I've become so numb. I can't feel you there."Lagu Numb milik Linkin Park mengalun di sebuah mobil yang terparkir di dekat pohon beringin. Wanita yang duduk bersandar beberapa kali menatap ke spion tengah. Sayang, sosok yang ditunggu tidak kunjung muncul.
Mikha mencoba mengganti lagu di playlist Melvin, tapi kebanyakan lagu-lagu di bawah tahun 2010. Kemudian dia memilih mematikannya karena tidak bisa menikmati lagu-lagu itu. Saat itu dia kurang update dengan dunia musik.
Krik... Krik....
Samar-samar Mikha mendengar suara jangkrik. Di luar masih terdengar suara orang-orang beraktivitas, tapi terasa jauh. Dia membungkuk ke pohon beringin itu lalu bulu kuduknya meremang. "Tolong, jangan nampakin diri. Gue nggak ganggu." Mikha duduk bersandar lalu mengeluarkan ponsel.
Mikha memilih membuka Spotify dan mencari playlist yang sedang hits. Dia memutuskan memutar lagu Tak Segampang itu milik Anggi Marito. Dia mengencangkan volume lalu meletakkan ponsel di dashboard.
Mata Mikha terpejam, berharap rasa takut yang semakin menyerang perlahan pergi. Dia sudah bilang, kan, jika sebenarnya penakut? Harusnya dia menemani Melvin saja daripada di mobil. Namun, karena sudah terlanjur di mobil, dia takut untuk keluar.
Saat takut, pikiran pasti akan kalut. Ada saja hal-hal menakutkan yang terlintas. Mikha sempat terpikir penghuni pohon beringin itu tiba-tiba muncul di depannya. Atau bahkan, duduk di sampingnya. Jika sudah begitu, Mikha akan mengusap lengan naik turun dan mencoba memikirkan hal-hal romantis.
"Inget di drama, kondisi sepi kayak gini romantis," gumam Mikha. "Terus, ngomong dari hati ke hati." Sayangnya, sekelebat Mikha terbayang konten penelusuran di sebuah rumah kuno. Bulu kuduk Mikha yang meremang.
Ceklek.....
"Aaaaa!" Mikha menjerit saat tiba-tiba ada yang membuka pintu.
"Ini gue!" Melvin terdiam dengan kedua tangan memegang piring rotan. Telinganya berdengung akibat teriakan Mikha. Lantas dia memperhatikan wajah di depannya yang berubah pias. "Kenapa? Sebelumnya ada yang gangguin."
Mikha menatap Melvin lalu menghela napas berat. "Vin. Gue pikir hantu, tahu." Dia mengambil ponsel dan mematikan musiknya.
"Hemmp...."
"Serius!" Mikha mengambil piring yang diulurkan lalu menatap sate berjumlah sepuluh itu. "Makasih."
Melvin masuk mobil dan membiarkan pintunya terbuka. "Coba, deh. Semoga enak."
"Dari aromanya, sih, enak!" Mikha mengambil satu tusuk dan mencobanya. Rasa bumbu kacang dan ayam yang lembut terasa sempurna. "Gue seneng kalau masih kecium arangnya."
"Sama." Melvin memakan satu tusuk. "Enak banget. Nggak sia-sia antre."
Mikha mengangguk setuju. "Berapa? Gue aja yang traktir."
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Say Goodbye
General Fiction[UPDATE 2X SEHARI SELAMA RAMADAN] Bagaimana cara mengucapkan selamat tinggal? Mengapa harus mengucapkan selamat tinggal? Apa tidak bisa diperbaiki? -Mikha Tidak semua orang mudah mengucapkan selamat tinggal. -Giran Cukup tinggalkan. -Melvin